Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Gas Terjerat Lubang Hitam

Kompas.com - 29/12/2011, 04:30 WIB

Asal muasal lubang hitam supermasif belum diketahui pasti, apakah berasal dari keruntuhan awan raksasa saat pembentukan galaksi pada masa lalu atau beberapa kluster bintang yang runtuh bersama-sama.

Anggota Subkelompok Keahlian Galaksi dan Kosmologi, Astronomi, ITB, lainnya, M Ikbal Arifyanto, menambahkan, pembentukan galaksi, termasuk intinya yang berupa lubang hitam supermasif, biasanya tidak terjadi dalam satu fase. Galaksi besar umumnya terbentuk dari galaksi-galaksi yang lebih kecil.

Materi-materi yang ada di piringan ataupun inti setiap galaksi akan saling mengelompok. Akibatnya, massa inti ataupun piringan pada galaksi yang baru akan menjadi lebih besar.

”Yang pasti, lubang hitam supermasif ini memiliki peran besar dalam pembentukan dan evolusi galaksi,” ujarnya.

Menurut Ferry, istilah lubang hitam berasal dari teori relativitas umum yang dikembangkan Albert Einstein. Gravitasi lubang hitam yang sangat besar membuat ruang dan waktu di sekitarnya memiliki kelengkungan tinggi. Jika dilihat dalam citra dua dimensi, kelengkungan ini membentuk lubang, mirip lubang sumur dilihat dari atas.

Sedangkan sebutan hitam berasal dari konsep penglihatan manusia. Manusia dapat melihat suatu benda jika benda tersebut memancarkan atau memantulkan foton (partikel cahaya) dan ditangkap oleh mata manusia.

Gravitasi lubang hitam yang sangat besar membuat semua benda yang ada di dekatnya, termasuk foton, akan ditarik kembali. Akibatnya, tak ada foton yang sampai ke mata manusia hingga obyek tersebut dicitrakan sebagai benda hitam.

Meski demikian, wujud lubang hitam tidak seperti arti harfiahnya karena ia sejatinya adalah bintang dengan gravitasi luar biasa. Dalam astronomi, lubang hitam juga disebut sebagai bintang gelap (dark stellar). Namun, istilah ini kalah populer dibandingkan lubang hitam.

Meski besarnya gravitasi lubang hitam akan membuat benda ini menarik benda-benda di sekitarnya, hanya benda-benda pada jarak tertentu saja yang bisa ditarik. Jarak tertentu atau jarak kritis ini berbeda untuk setiap lubang hitam, tergantung besaran massa yang dimiliki.

Karena itu, tertariknya awan gas di dekat inti Bimasakti ini tak perlu dikhawatirkan akan menarik pula Matahari atau Bumi nantinya. Matahari terletak pada salah satu lengan Bimasakti yang jaraknya ke pusat galaksi sekitar 27.000 tahun cahaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com