Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Gas Terjerat Lubang Hitam

Kompas.com - 29/12/2011, 04:30 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

Awan gas raksasa berukuran tiga kali massa Bumi sedang bergerak ke pusat Galaksi Bimasakti. Diperkirakan, awan ini akan terjerat gravitasi lubang hitam supermasif di pusat galaksi pada 2013. Sebagian awan akan tersedot ke dalam lubang hitam, sebagian lain akan tercabik-cabik. 

Awan raksasa ini ditemukan para peneliti Jerman, Amerika Serikat, dan Cile yang sedang mengamati bintang-bintang di bagian inti Galaksi Bimasakti. Survei bintang-bintang di daerah dekat pusat galaksi yang disebut Sagitarius A* itu dilakukan menggunakan teleskop sangat besar (VLT) di Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Cile, pertengahan Desember lalu.

Awan ini berjarak 40 miliar kilometer dari pusat Galaksi Bimasakti. Ia bergerak mengitari inti Bimasakti dengan kecepatan 2.350 kilometer per jam. Tujuh tahun lalu, kecepatan gerak awan ini separuh dari kecepatannya saat ini.

Pola gerak awan mengelilingi inti Bimasakti berbentuk spiral, mirip pusaran air yang makin lama makin mendekati pusat pusaran air. Makin mendekati pusat, kecepatannya akan makin bertambah.

Karena itu, awan ini diprediksi akan terjebak dalam gravitasi lubang hitam supermasif di inti Bimasakti pada 2013. Ia akan masuk dalam piringan akresi lubang hitam lebih dulu, berputar mengitari lubang hitam dengan jarak yang makin lama makin dekat dan kecepatan makin tinggi hingga akhirnya masuk ke lubang hitam.

Supermasif

Hampir semua inti galaksi berupa lubang hitam supermasif. Disebut supermasif karena massanya mencapai jutaan kali massa Matahari. Massa lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti mencapai 4 juta kali massa Matahari.

Lubang hitam supermasif berbeda dengan lubang hitam bintang (stellar black hole) yang merupakan fase akhir dari perjalanan hidup bintang masif. Lubang hitam bintang bisa tercipta jika massa awal bintangnya lebih besar dari 20 kali massa Matahari.

Anggota Subkelompok Keahlian Galaksi dan Kosmologi, Program Studi Astronomi, Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, pekan lalu, mengatakan, informasi tentang lubang hitam bintang cukup banyak diketahui karena pengetahuan para astronom tentang evolusi bintang cukup memadai. Namun, informasi tentang lubang hitam supermasif sangat kurang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com