"Karena kami di bawah Kementerian Riset dan Teknologi, waktu itu kami diminta mengajukan lewat mereka. Padahal, birokrasi ini kan rumit dan panjang," kata Rosichon.
Saat ini, Rosichon tengah mengupayakan cara lain agar tujuannya tercapai. Ia menyebutkan, dengan jumlah spesies yang banyak, lelang nama berpotensi menghasilkan dana cukup besar.
Rosichon menjelaskan, penamaan spesies menggunakan nama tokoh terkenal tidak hanya berorientasi mendapatkan uang, namun juga menggugah kesadaran tentang perlunya penelitian, terutama taksonomi, bagi kemajuan bangsa.
"Kita bisa meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam pengetahuan jika penelitian dilakukan. Selama ini kita bergantung pada peneliti asing," katanya.
Rosichon mengungkapkan, taksonomi seringkali dianggap kurang memberikan kontribusi. Padahal, riset taksonomi penting sebelum penggunaan organisme tertentu dilakukan. Taksonomi juga penting, sebab 40 persen dari ekonomi dunia bergantung pada produk keanekaragaman hayati.
Indonesia sebagai salah satu penandatangan COP 10 berkewajiban mengungkap kekayaan hayati yang ada. Salah satu yang perlu dilakukan saat ini adalah mendukung pendanaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk riset taksonomi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.