Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hancurnya Benteng Alam

Kompas.com - 13/12/2011, 22:30 WIB

Pekerjaan menambang batu di Bukit Kunyit memang sangat berisiko. Namun, dorongan warga untuk mencari rupiah demi bertahan hidup, mengalahkan segalanya. Itulah masa depan anak-cucu mereka.

"Habis, mau bagaimana lagi? Tidak ada pekerjaan lain yang memungkinkan," ujar Nurdin, pria yang bekerja sebagai petambang batu liar selama sepuluh tahun. Padahal, upah mengangkut batu ke truk dengan risiko yang cukup tinggi ini hanya Rp 20.000 per hari. Dalam sehari, penggali batu mendapat upah Rp 60.000.

Menjadi petambang batu, baik mereka yang menggali maupun sekadar mengumpulkan batu, adalah jalan mudah mengais rupiah. Asal berani mengambil risiko. Tak perlu modal, tak perlu keahlian. Tak ayal, banyak warga yang dulunya nelayan, beralih menjadi petambang yang berlokasi di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung ini.

"Kerja semacam ini, kan enggak butuh syarat ijazah, enggak pakai modal pula. Bisa kapan saja kerja dan istirahat," ujar Eman (21), warga Teluk Betung Selatan lainnya, yang sesekali menambang batu di Bukit Kunyit.

Bagi Eman, menambang batu merupakan pekerjaan turun- temurun dari kakeknya. Ayahnya meninggal di bukit akibat angin duduk atau serangan jantung. "Kala sudah urusan perut mah, ya kerok (mau bagaimana lagi), Mas," ungkapnya, tentang alasan menggeluti pekerjaan berisiko ini.

Eman sangat sadar dengan risiko pekerjaannya. Namun, ia barangkali tak paham bahwa pemangkasan Bukit Kunyit ibarat "bunuh diri" secara massal. Tak sekadar membahayakan diri sendiri, penghancuran Gunung Kunyit—tanpa upaya pencegahan pemerintah—juga menghabisi benteng alam yang terbukti melindungi mereka dari ancaman tsunami.(Indira Permanasari/Ahmad Arif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com