Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hancurnya Benteng Alam

Kompas.com - 13/12/2011, 22:30 WIB

Bunuh diri

Hancurnya kawasan Gunung Kunyit layak disayangkan. Pasalnya, pada masa lalu, terutama kala meletusnya Gunung Krakatau tahun 1883, perbukitan karst yang menjulang itu menjadi benteng alamiah penahan tsunami. Awan panas yang keluar dari tubuh Krakatau mendorong terjadinya tsunami atau gelombang raksasa yang menyapu pesisir di barat Jawa dan Lampung, termasuk pesisir tempat Bukit Kunyit berada hingga ketinggian 30 meter.

"Kalau tidak ada Gunung Kunyit, bisa jadi tempat kami tinggal ini hancur disapu (tsunami) saat itu," ungkap Sapami (39), warga Teluk Betung Selatan, yang tinggal tak jauh di belakang Gunung Kunyit.

Padahal, penambangan batu di Gunung Kunyit sangat berisiko. Pekerja harus memecahkan batu-batu di puncak-puncak bukit atau tebing dengan peralatan seadanya, martil dan linggis.

Untuk pengaman, penggali batu menggantungkan nyawanya pada seutas tambang yang membelit di tubuhnya. Sementara, tugas pengumpul batu tak kalah berbahaya karena batu yang menggelinding sewaktu-waktu dapat menimpa mereka, jika lengah sedikit saja.

Faktanya, risiko-risiko besar macam itu tak menciutkan nyali para petambang ilegal yang menggantungkan hidupnya dari batu-batu itu. Nurdin (54), salah seorang petambang di Desa Kunyit Laut, Teluk Betung Selatan, mengaku sudah tiga kali terkena longsoran kerikil atau batu saat menambang. Tiga tahun lalu, Nurdin nyaris kehilangan nyawanya. Ia tertimpa longsoran batu-batu besar, salah satunya hampir seukuran televisi 40 inci, saat memindahkan batu-batu ke dalam truk.

"Alhamdulillah, masih selamat. Masih bisa kerja untuk beri makan keluarga," ungkapnya. Namun, peristiwa itu tak bisa menutupi jejak mengerikan. Akibat kejadian itu, tulang-tulang punggung Nurdin remuk pada beberapa bagian. Badannya kini membungkuk, tulang-tulangnya bengkok dan menonjol terlihat di punggungnya.

Saat itu, Nurdin hanya tiga bulan libur untuk memulihkan kondisinya. Ia lalu kembali bekerja menambang batu, menapaki risiko yang sama.

Sudah tak terhitung lagi petambang liar di kawasan Bukit Kunyit yang meregang nyawa. Sebulan lalu, Handan, seorang petambang batu lainnya, di wilayah ini tewas akibat jatuh dan tertimpa batu sehingga tubuhnya remuk.

Gantungan hidup

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com