Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan yang Berbahaya

Kompas.com - 13/12/2011, 22:14 WIB

"Kami bisa membayangkan kedahsyatan letusan Krakatau. Apalagi, di Italia, kami juga punya gunung-gunung api dengan letusan besar seperti Etna dan Vesuvius yang mengubur kota Pompeii. Di dunia, nama Krakatau tak kalah terkenal," ujarnya.

Tak hanya di Indonesia, keindahan, sejarah, dan fenomena letusannya membuat gunung-gunung api potensial menjadi tujuan wisata di dunia sejak dulu kala. Haraldur Sigurdsson dari Universitas of Rhode Islands dan Rosaly Lopes-Gautier dari Fet Propulsion Laboratory dalam tulisannya, Volcanoes and Tourism, menyebutkan, pada abad ke-17 dan ke-18, para aristokrat mengunjungi Vesuvius dan Etna sebagai paket tur besar.

Di Eropa, Thomas Cook membuka jalur kereta api khusus ke puncak Vesuvius pada tahun 1880 yang banyak mengangkut kaum aristokrat. Jalur tersebut hancur sebanyak tiga kali karena aliran lava dan tidak dibangun lagi setelah letusan tahun 1944. Cook juga menghadapi ancaman dari orang-orang lokal Italia yang selama ini mendapatkan penghasilan dari mengangkut turis ke puncak gunung dengan kursi tandu.

Pelancong mengunjungi gunung berapi dengan beragam alasan, salah satunya ialah menyaksikan dari dekat kekuatan alam. Ketegangan menyaksikan dari dekat gunung api yang sedang meletus menarik jutaan orang tiap tahun untuk mengunjungi gunung-gunung aktif meletus, seperti Kilauea (Hawai), Stromboli (Italia), dan Arenal (Kosta Rika).

Namun, di balik pesonanya, berwisata ke Anak Krakatau tetaplah berbahaya. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, pada tahun 1980-an, pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Amerika Serikat (AS) tewas saat menyaksikan letusan Anak Krakatau.

Oleh karena itu, Ketua Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau Anton S Tripambudi mengingatkan agar wisatawan dan nelayan tetap mematuhi imbauan supaya tidak mendekati Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer. Batasan jarak ini merujuk pada pengalaman saat Anak Krakatau terakhir meletus bisa melontarkan batu sejauh 1,5 kilometer, yakni sudah mencapai perairan di sekeliling pulau ini. Wisatawan dilarang mendarat ke Pulau Anak Krakatau.

"Untuk kasus Gunung Anak Krakatau (GAK) boleh didarati kalau statusnya aktif normal atau di Level I. Namun, begitu masuk Level II (Waspada), gunung api tidak boleh didekati," kata Anton.

Meski demikian, batas 2 kilometer itu kerap tidak digubris.

"Informasi dari orang-orang kapal, kadang dijumpai ada wisatawan, terutama orang asing, yang mendarat di GAK," kata Anton.

Pada pengujung Agustus 2011 pun terlihat beberapa wisatawan asing yang mendarat dan berkemah di Anak Krakatau meskipun larangan mendekati pulau gunung api itu di radius 2 km masih diberlakukan. Tak hanya itu, beberapa wisatawan lain terlihat berenang di air laut yang hangat.

Halaman:
Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau