Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Pengetahuan Penting Ada di Krakatau

Kompas.com - 13/12/2011, 21:21 WIB

Setiap tenaga ahli di PVMBG, kata Surono, harus menangani minimal lima gunung api. "Ini kondisi sangat tidak ideal. Di Jepang, satu gunung api dikeroyok oleh puluhan ahli," katanya.

Bahkan, Singapura yang tak memiliki gunung api selangkah lebih maju dibandingkan Indonesia. Negara tetangga yang relatif aman dari bencana geologi ini memiliki pusat kajian tentang gunung api, Earth Observatory of Singapore, di bawah naungan Nanyang Technological University. "Beberapa ahli kita bergabung di sana," kata Surono. Ke depan, barangkali Indonesia harus belajar tentang gunung api dari Singapura.

Seperti penelitian geologi dan vulkanologi yang minim, perhatian di bidang botani juga sangat kurang. "Yang memanfaatkan Krakatau, laboratorium suksesi alam satu-satunya dan terlengkap, kebanyakan peneliti dan media asing," kata Tukirin.

Tukirin satu-satunya peneliti botani dari Indonesia, yang bertahan menekuni suksesi Krakatau. "Saya menjadi peneliti Krakatau awalnya karena kebetulan. Semua penelitian saya ke Krakatau sejak 1980-an tidak dibiayai Pemerintah Indonesia sepeser pun, tetapi nebeng dari penelitian universitas dan lembaga luar negeri," kata Tukirin, yang ke Krakatau minimal setahun sekali ini.

Kita memiliki keajaiban alam tiada duanya, tetapi tidak peduli. "Saat ke Oxford, ditanya saya meneliti Krakatau, profesor di sana langsung bilang, Krakatau selalu jadi rujukan dalam kuliah biogeografi. Di sekolah-sekolah di Jepang, pelajaran tentang suksesi primer juga selalu mengambil contoh Krakatau. Tapi, di Indonesia banyak yang tak paham soal keunikan Krakatau ini," katanya.

Senja mulai menjelang saat perahu kayu membelah gelombang, meninggalkan kehidupan dan kehijauan yang mulai pulih di tengah keterpencilan kompleks Krakatau. Tukirin sekali lagi menatap puncak Anak Krakatau yang mengepulkan asap tipis. "Semakin lama, pemulihan alam di Krakatau semakin sulit karena hutan di Jawa dan Sumatera yang menjadi sumber benih semakin hilang," ujarnya.

Kekhawatiran Tukirin perlahan mewujud. Perlahan-lahan bayangan kawasan pesisir Banten kian jelas dan membesar. Lampu-lampu hotel, perumahan, dan cerobong asap pabrik menyesaki pinggir pantai, tak menyisakan lagi ruang bagi hutan. Sepanjang kawasan yang pernah tersapu tsunami letusan Krakatau itu kini penuh sesak dengan manusia.

Hampir malam saat kami tiba di Pantai Carita-Anyer, debur ombak memecah pantai. Angin sepoi-sepoi. Nun jauh, dalam samar, Anak Krakatau berdiam diri di tengah laut. Inilah pantai yang sejak zaman Belanda telah menjadi tempat warga Jakarta lari dari penat.

Tsunami setinggi 25 meter yang pernah melanda kawasan ini saat Krakatau meletus pada 1883 nyaris tak terlihat jejaknya selain karang sebesar rumah yang terserak di pekarangan salah satu hotel di sana. Tak banyak pengunjung yang mengenali riwayat batu karang itu yang, menurut catatan Simkin dan Fiske (1983), terbongkar dari bawah laut dan terseret ke pantai karena empasan tsunami.

Bagi Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Provinsi Banten Achmad Sari Alam, Gunung Anak Krakatau dan aktivitas vulkaniknya merupakan aset wisata belaka. "Anak Krakatau itu bukan ancaman, tapi potensi wisata yang dapat dimanfaatkan untuk mengundang wisatawan datang ke Banten, terutama ke kawasan pantai sepanjang Anyer-Carita," kata Achmad.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com