Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemburu Benih Sorgum Flores

Kompas.com - 13/12/2011, 03:43 WIB

Kelompok tani

Benih-benih sorgum itu lalu dia kembangkan sendiri karena Maria senang bercocok tanam. Ia makin rajin mencari informasi tentang pertanian, terutama berkaitan dengan sorgum dari berbagai bahan bacaan. Ia juga bersahabat dengan para petugas pertanian lapangan.

”Pada hari libur saya suka ke sawah atau ke kebun,” kata Maria, anak sulung pasangan Hieronymus Godang dan Marsiana Idus ini. Kesukaannya berkebun dia peroleh dari sang ayah yang juga gemar bertani.

Untuk melancarkan pekerjaan di kebun, Maria mengajak warga bergabung. Mereka membentuk kelompok tani ”Cap Sembilan”, singkatan dari cinta alam pertanian. Ia menjadi ketuanya. Hasil panen sorgum itu juga dibagikan kepada anggota kelompok untuk dikembangkan di kebun mereka masing-masing.

Sorgum yang dikembangkan kelompok tani Cap Sembilan bisa dipanen dalam empat bulan, bahkan dalam cuaca ekstrem sekalipun.

”Ini karena sorgum bisa tumbuh subur dalam curah hujan tinggi. Kalau cuacanya terlalu kering pun, panen lebih cepat dilakukan sekitar 3,5 bulan,” kata Maria yang bisa panen empat kali dalam setahun dengan total sekitar 100 kg.

Secara ekonomis, sorgum lebih murah daripada beras. Harga sorgum sekitar Rp 5.000 per kg, sedangkan beras Rp 7.000-Rp 9.000 per kg. Bahkan, beras merah di Flores harganya Rp 20.000-Rp 40.000 per kg.

”Sementara jewawut harganya sekitar Rp 20.000-Rp 25.000 per kg, dan wijen sekitar Rp 25.000 per kg,” katanya.

Sebagai sumber pangan, sorgum memiliki kandungan nutrisi dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras. Sorgum juga bisa dijadikan bahan industri gula cair, etanol, lem, cat, dan kertas. Sementara batang tanaman sorgum biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Karena itulah, menurut Maria, bila petani di Flores mau fokus pada pengembangan tanaman pangan lokal, keuntungan yang mereka dapatkan bisa diharapkan meningkat.

”Selain mendapatkan bahan pangan yang murah, pengembangan tanaman lokal juga memberi keuntungan lebih tinggi ketimbang kami hanya menjual jagung,” kata Maria.

Namun, dia menyadari, perjalanan untuk itu masih panjang. ”Untuk menggalakkan masyarakat mau mengembangkan sorgum dan melestarikan tanaman pangan lokal NTT lainnya diperlukan gerakan ketahanan pangan yang terpadu. Di sini diperlukan peran semua pihak, tak bisa hanya kami (kelompok tani) sendiri,” kata Maria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com