Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemburu Benih Sorgum Flores

Kompas.com - 13/12/2011, 03:43 WIB

Tak sebatas Pulau Flores, Maria pun diminta mempresentasikan pengembangan sorgum di NTT dalam Diskusi Regional Forum Kawasan Timur Indonesia pada Oktober lalu di Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Sepiring sorgum merah

Maria mulai mengembangkan sorgum dan tanaman pangan lokal tahun 2007. ”Ini berawal dari sepiring sorgum pemberian tetangga saya, Maria Helan,” katanya.

Sorgum itu dikukus dan ditaburi parutan kelapa. Maria mengakui, semula dia ragu apakah sorgum itu cukup enak sebagai makanan. ”Apa enak ya sorgum ini?” ceritanya, menggambarkan situasi saat itu.

Ini bisa dimengerti sebab sejak kecil Maria tak pernah makan sorgum. Namun, saat butiran sorgum kukus itu menyentuh lidahnya, rasa gurih membuat dia menyukai makanan tersebut.

Sorgum tersebut berwarna merah, yang oleh warga disebut wata blolon merah atau jagung solo. Sorgum di Kabupaten Ende disebut osho, sedangkan orang Manggarai menyebutnya lepang, mesak, atau pesi.

Pengalaman pertama itu membuat Maria penasaran pada sorgum, yang lalu diketahuinya sebagai makanan lokal warga NTT. Ia semakin penasaran sebab sorgum tak mudah diperoleh. Ia lalu mulai memburu benih sorgum merah ke Adonara.

Maria juga menyeberang laut ke daratan Flores Timur, antara lain ke Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura. Di sini dia mendapatkan 10 kilogram (kg) benih sorgum dan sedikit benih jewawut dan jelai. Benih-benih itu dibelinya Rp 150.000.

Dia juga menghubungi sebuah yayasan yang diketahuinya memiliki kebun budidaya sorgum di Flores Timur. Dia gagal mendapatkan benih sorgum karena urusan memberi benih ternyata harus sepengetahuan ketua yayasan yang saat itu tak ada di tempat.

Meski sempat kecewa, Maria tak putus asa. ”Apalagi, ketika ke Desa Siru, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, saya menemukan benih sorgum hitam yang populasinya termasuk langka,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com