Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haul Krakatau Mulai Dilupakan Warga

Kompas.com - 11/12/2011, 16:53 WIB

Sejak tahun 2007, Pemerintah Kota Cilegon melalui pusat krisis—yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan—mulai menyosialisasikan kiat penyelamatan dari bencana industri, gempa, dan tsunami. Selain menyebar pamflet, mereka juga menyiapkan 15 lokasi evakuasi dan memasang jalur-jalurnya.

Tak semua warga paham dengan taktik mitigasi yang lebih mengandalkan penyebaran pamflet dan papan pengumuman ini. "Orang pasang plang tsunami seperti buang air. Habis pasang kabur. Apa maksudnya tidak pernah dijelaskan ke warga,” kata Yayat (37), warga Citeureup, Kecamatan Panimbang.

Sementara sebagian jalur evakuasi di Cilegon ternyata berada di atas pipa gas yang gampang meledak. Persis di depan menara sirine peringatan tsunami yang dibangun di jalur itu, sebuah papan peringatan lain menyebutkan, "Perhatian! Sepanjang jalur ini tertanam pipa gas tekanan tinggi."

Kota yang pernah dilanda tsunami ini juga menjadi pusat industri dan sebagian adalah industri kimia gampang terbakar. "Kami lebih takut pabrik kimia meledak daripada letusan Krakatau," kata Saiful (30), warga Kampung Kopo Kidul, Cilegon.

Kebakaran pabrik kimia di kawasan industri itu memang kerap terjadi sehingga segar menghantui ingatan warga. Misalnya, pada Febuari 2009, ledakan terjadi di salah satu tangki di sebuah pabrik pengolahan zat kimia di kawasan industri Ciwandan yang mengakibatkan lima pekerja terluka. Awal Febuari 2011, kembali warga Cilegon dikejutkan dengan ledakan pabrik kimia di kawasan industri Ciwandan.

Pemilihan Cilegon sebagai industri lebih karena kecelakaan sejarah. Kota-kota di Indonesia dibangun tanpa memperhitungkan ancaman gempa, tsunami, dan letusan gunung api. "Belum ada kota yang memperhatikan aspek bencana alam, seperti gempa dan tsunami dalam pembangunannya," kata Danny Hilman, ahli gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Padahal, jejak petaka yang diakibatkan Krakatau jelas terbaca dan Anak Krakatau kini tengah membangun kekuatannya.(Tim Penulis: Ahmad Arif, Indira Permanasari, Yulvianus Harjono, C Anto Saptowalyono. Litbang: Rustiono)

Ikuti perkembangan Ekspedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui Facebook: ekspedisikompas atau Twitter @ekspedisikompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com