”Kalau beli sendiri, harga perahu dari fiberglass ini mahal, mulai Rp 35 juta sampai ratusan juta rupiah,” ujarnya.
Kalau Anda bergabung bersama 35 anggota Klub Layar Neptunus lainnya, Anda cukup membayar biaya pendaftaran
Umumnya, dalam waktu dua bulan setelah belajar dan berlatih setiap Sabtu dan Minggu, peserta yang belajar sudah mampu dilepas menuju salah satu pulau di Kepulauan Seribu.
Latihan babak pertama berlangsung dari pukul 09.00 sampai pukul 13.00. Setelah makan siang, anggota kembali berlatih hingga pukul 17.00.
Di awal latihan, anggota berada satu perahu dengan pelatih, tetapi pada pekan kedua, anggota dilepas sendiri bersama anggota lain menuju laut lepas di bawah pengawasan satu kapal mesin pelatih dan satu kapal mesin darurat.
Janno Hessel Avicenna (26) dan Samara Malinda (14), keduanya anak Choky, mengatakan amat menikmati olahraga berlayar ini. Badan jelas menjadi bugar, kedua paha kuat, refleks pun cepat. ”Seluruh bagian otot dan organ dalam tubuh bagian atas mengembang bagus,” ujar Janno.
Mereka yang ingin lebih serius dengan olahraga ini bisa terus mengembangkan kemampuannya di klub ini.
”Biasanya pengurus daerah (pengda) olahraga layar melirik anggota klub kami. Setelah anggota kami diambil pengda, mereka berlatih di tempat lain atau tetap berlatih di klub kami,” ujar Choky.
Sejak itulah atlet pelayar pengda mendapat fasilitas dari pengda mereka masing-masing termasuk perahu-perahu fiberglass nan mahal itu. Saat musim pertandingan, perahu-perahu mereka bawa ke lokasi pertandingan. Tetapi saat kosong, perahu-perahu tersebut bisa dimanfaatkan klub.
Choky mengatakan, mereka yang berminat pada olahraga berlayar ini sebagian besar dari kalangan nelayan. Mereka umumnya berasal dari keluarga prasejahtera dan berpendidikan rendah, dan berlatih hanya pada saat tidak bekerja.
”Mereka juga tidak menguasai bahasa Inggris. Padahal, semua taktik dan strategi dalam lomba layar beregu menggunakan bahasa Inggris,” ujar Choky sambil menunjukkan buku Racing Rules of Sailing 2009-2012 terbitan International Sailing Federation.
Sedihnya lagi, lembaga atau perusahaan yang berminat pada olahraga berlayar tidak banyak. Selama ini, hanya TNI Angkatan Laut dan Pertamina yang peduli.