Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si "Pongo" Merindukan Damai

Kompas.com - 07/11/2011, 04:08 WIB

Selain dilindungi Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya, fauna ini diklasifikasikan sebagai spesies terancam punah (Lembaga Konservasi Internasional/IUCN 2010) dan terdaftar dalam Apendix I Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna (CITES) yang melarang setiap perdagangan, baik nasional maupun internasional pada individu liar, tangkapan, ataupun bagian tubuhnya.

Belum adanya supremasi hukum, menurut Neil Makinuddin, Manajer Program Kehutanan TNC Indonesia, seolah menciptakan pembunuhan atas orangutan merupakan hal lumrah. Pada sejumlah kasus, pembukaan perkebunan atau usaha lain terkait hutan, pembunuhan orangutan sering kali menjadi pilihan mudah.

Untuk merehabilitasi orangutan butuh biaya lebih dari Rp 1,5 juta per ekor tiap bulannya. Sebuah biaya tambahan yang membebani operasional.

Jenis-jenis orangutan

Rondang SE Siregar, peneliti Wildlife Research Group-University of Cambridge, Inggris, menjelaskan, orangutan khas Indonesia dibagi dua jenis, orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Orangutan sumatera berwarna coklat kemerahan dan lebih terang daripada orangutan kalimantan yang lebih gelap dengan tubuh lebih gemuk dan gempal.

Selain itu, kantong pipi pejantan orangutan sumatera lebih kecil dibanding pejantan orangutan kalimantan yang mempunyai kantong tenggorokan terjumbai besar membentuk angka 8 pada wajah.

Di Kalimantan, spesies orangutan dibagi tiga, yakni Pongo pygmaeus pygmaeus (menghuni Sarawak-Malaysia dan Kalimantan bagian utara-barat), Pongo pygmaeus wurmbii (Kalimantan bagian tengah), dan Pongo pygmaeus morio (Sabah-Malaysia dan Kalimantan sebelah utara-timur).

Pada seminar di Jakarta, beberapa waktu lalu, Cheryl Knott PhD, pakar orangutan dari Universitas Boston, Amerika Serikat, yang juga Direktur Orangutan Project di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat, menjelaskan, orangutan merupakan spesies besar satu-satunya yang hidup di pohon. Di Kalimantan, mereka mengalami musim kelimpahan buah dan paceklik. Itu ditambah sapuan El-Nino setiap 2-7 tahun, yang berdampak kekeringan.

Pada musim buah-buahan, biasanya Desember, orangutan 100 persen mengonsumsi buah. Saat paceklik, sekitar Februari, konsumsinya bervariasi, dari daun, dahan, kulit kayu, hingga serangga.

Penelitiannya menunjukkan, pada musim buah, orangutan mendapat 328 kilokalori per gram makanan. Dan, hanya 157 kilokalori per gram saat paceklik. Kelimpahan kalori disimpan di tubuh menjadi lemak dan dipakai saat paceklik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com