SAMARINDA, KOMPAS -
Manajer Program The Nature Conservancy (TNC) Niel Makinuddin mengatakan bahwa temuan tulang yang sudah dipastikan orangutan (
”Sejauh ini belum terlihat kalau polisi dan BKSDA itu proaktif. Padahal, temuan tulang itu bisa menjadi bukti penting untuk mengungkap kasus,” ujar Niel Makinuddin yang fokus pada penyelamatan orangutan, Minggu (30/10).
Sebelumnya, Universitas Mulawarman telah memastikan tulang-tulang yang ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit di Muara Kaman tersebut adalah orangutan. Kepastian tersebut didasarkan atas bentuk rahang dan struktur rangka yang ada.
Sesuai identifikasi, peneliti orangutan dari Universitas Mulawarman, Yaya Rayadin, mengungkapkan, orangutan itu mati tidak wajar. Indikasinya, rangka terpotong dan hancur bukan karena proses alami. ”Rahangnya saja terbelah dua. Jika dilihat dari gigi ketiga yang terdapat di rahang kanan, itu seperti terkena benda tajam,” tutur Yaya.
Menurut Yaya, baik polisi maupun petugas BKSDA dapat menindaklanjuti hasil identifikasi dengan mencari tahu penyebab kematian orangutan dan meninjau lokasi tulang tersebut ditemukan.
Universitas Mulawarman sendiri siap menyerahkan rangka orangutan itu kepada polisi dan BKSDA sebagai barang bukti dalam penyelidikan. ”Silakan saja datang ke Unmul (Universitas Mulawarman). Kami siap membantu apakah untuk menyerahkan bukti secara fisik maupun mempelajari lagi temuan yang ada,” kata Yaya.
Niel menambahkan, selain bukti berupa temuan tulang orangutan, aparat juga perlu mengumpulkan keterangan saksi yang mengetahui persis kejadian tersebut. Namun, saksi yang mau bicara harus dijamin keamanannya.
”Yang saya tahu, banyak saksi yang takut bicara soal kasus ini karena bekerja di perusahaan,” kata Niel. Orangutan sering kali dianggap hama perkebunan karena bisa menghabiskan daun- daun muda kelapa sawit dalam jumlah besar.