Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Disandarkan pada HT dan HP

Kompas.com - 13/10/2011, 11:32 WIB
Ahmad Arif,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

Kepala Desa Suka Meriah Amin Ginting punya alasan enggan menggunakan HT. ”Baterainya sudah nge-drop, hanya bertahan dua jam,” katanya. ”Padahal, sebenarnya, saya ingin berkomunikasi dengan kepala desa lain dengan HT itu.”

Bagi Naik dan kepala desa yang lain, berkomunikasi dengan HT merupakan hal baru. Oleh karena itu, sebagian enggan menggunakannya. Namun, demi keselamatan diri dan warganya, Naik antusias menggunakan HT. Ia bahkan rela merogoh kocek sendiri untuk membeli pengeras suara. ”Jika terjadi letusan lagi, akan lebih mudah menginformasikan dan mengevakuasi warga,” ujarnya.

Sumber informasi

Naik kini terbiasa mengamati gunung, yang berjarak 33 kilometer dari tepi Kaldera Toba, yang sebelumnya tak pernah meletus itu. Begitu melihat perubahan di Gunung Sinabung atau terjadi gempa, biasanya ia langsung menghubungi Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung, Jawa Barat, guna mendapatkan informasi.

Ia baru merasa yakin bahwa informasi itu datang langsung dari pusat. Terkadang, warga ikut mendesaknya mencari informasi langsung dari Surono.

Lantas bagaimana jika kebetulan Pak Surono tidak bisa menjawab panggilan? Naik tak bisa menjawabnya. Mitigasi bencana mengandalkan satu atau dua orang saja pasti memiliki banyak titik lemah.

Walaupun sejak Sinabung meletus statusnya dinaikkan dari gunung api Tipe B—dengan alasan tercatat belum pernah meletus sejak 1600—menjadi Tipe A, infrastruktur pemantauan di sana lambat siap. Setahun berlalu, petugas pos pemantauan Gunung Sinabung, Armen Putra, belum mempunyai kantor tetap.

Armen dan dua rekannya yang bertugas memantau Gunung Sinabung harus menyewa rumah warga di Desa Ndokum Siroga, Simpang Empat, Karo. ”Ini pos sementara. Kami masih mengusahakan ada pos pemantauan tetap,” ujar Armen.

Sampai saat ini, masih banyak warga yang tidak mengetahui keberadaan pos pemantauan ini. Akibatnya, pantas saja banyak kepala desa yang langsung menghubungi Surono.

Bukan hanya soal aliran informasi yang masih terpusat pada satu orang, menurut Naik, melainkan jalur dan prosedur evakuasi juga belum jelas. Ia khawatir pengalaman buruk saat letusan Gunung Sinabung tahun lalu terulang kembali.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com