Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Modern Ternyata Lebih Kuat

Kompas.com - 03/09/2011, 02:53 WIB

Asal muasal

Temuan terbaru tim Parham ini bisa jadi kembali memancing perdebatan panjang dan sengit tentang evolusi manusia antara ”kelompok model di luar Afrika” dan ”kelompok model multiregional”. Dari analisis secara anatomi, kelompok pertama meyakini manusia modern dari Afrika-lah yang berhasil menguasai dunia dan menggantikan populasi manusia purba sekitar 10.000 tahun lalu. Adapun kelompok model multiregional meyakini manusia modern muncul sebagai hasil dari persilangan antarspesies manusia, termasuk yang pindah dari Afrika sekitar satu juta tahun lalu.

Dengan tidak memihak ke salah satu kelompok, tim Parham justru memberikan gambaran yang berbeda. Meski manusia modern, Neanderthal, dan Denisova memiliki nenek moyang yang sama di Afrika, mereka pada akhirnya memisahkan diri. Keluarga besar Neanderthal migrasi ke Asia Barat dan Eropa, sedangkan keluarga besar Denisova ke Asia Timur. Adapun nenek moyang manusia modern tinggal di Afrika hingga 65.000 tahun lalu. Ketika mereka berpindah ke Eropa dan Asia, di tengah perjalanan mereka bertemu kelompok manusia lain.

Jika sistem ketahanan tubuh manusia modern diperkuat oleh gen manusia purba, Parham menduga jangan-jangan sistem reproduktif dan sistem saraf juga begitu. Meski manusia purba telah punah, masih ada gen yang diwarisi ke kita. Untuk sementara baru terbukti gen mereka memperkuat sistem ketahanan tubuh kita.

Tersingkir

Neanderthal punah 40.000 tahun lalu karena kalah jumlah dan tersingkir oleh manusia modern yang masuk ke Eropa. Jumlah manusia modern dan Neanderthal pada waktu itu 10:1. Tim peneliti di University of Cambridge yang meneliti artefak-artefak di daerah Perigord, Perancis selatan (kawasan yang paling banyak ditemukan bukti keberadaan Neanderthal dan manusia modern awal di Eropa) menemukan lebih banyak lokasi permukiman manusia modern, dari bukti fosil dan perkakasnya.

”Manusia modern datang dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya, Neanderthal tersingkir ke daerah lain yang lebih sulit untuk mencari makan dan tempat tinggal,” ungkap Paul Mellars dari Cambridge University.

Sisa-sisa jejak Neanderthal yang sempat bertahan selama 300.000 tahun ditemukan di dalam goa-goa di Spanyol dan Gibraltar. Karena tinggal di dalam goa, Mellars menduga mereka mati kedinginan. Namun, dugaan ini masih menjadi perdebatan selama bertahun-tahun.

”Neanderthal punah kemungkinan dipercepat dengan kondisi iklim yang tiba-tiba menurun di seluruh kawasan sekitar 40.000 tahun lalu,” ujarnya.

(AFP/DiscoveryNews/LiveScience.com/ScienceDaily)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com