Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Modern Ternyata Lebih Kuat

Kompas.com - 03/09/2011, 02:53 WIB

Mengapa manusia purba punah dan manusia modern seperti kita bisa bertahan? Pertanyaan yang selama ini menjadi misteri, mulai terjawab. Sistem ketahanan tubuh manusia modern lebih kuat setelah terjadi persilangan dengan manusia purba Homo neanderthal dan Homo denisova sekitar 60.000 tahun lalu di Mediterania dan 45.000 tahun lalu di Asia. Luki Aulia

Persilangan antara manusia modern dan manusia purba rupanya menghasilkan keturunan yang mewarisi gen-gen penting yang dibutuhkan untuk menangkal serta melawan beragam infeksi, virus, dan penyakit. Gen penting itu yang dibawa spesies manusia modern di dalam deoxyribonucleic acid (DNA)-nya ketika mulai pindah dari kawasan Afrika hingga ke DNA populasi manusia modern di kawasan Eropa dan Asia.

Temuan terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science melalui laman Science Express.com, Kamis (25/8), itu memperkuat temuan Direktur Genetika di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, Svante Paabo. Setelah menganalisis fosil gigi dan tulang satu ruas jari di sebuah goa di Siberia tahun 2010, Paabo membuktikan keberadaan DNA Neanderthal dan Denisova di setiap diri kita. Manusia modern awal dan manusia purba yang hidup sekitar 130.000 atau 30.000 tahun lalu adalah dua cabang dari pohon keluarga manusia yang dibedakan dari pola anatominya. Setelah terjadi persilangan, keturunan mereka seperti kita masih menyimpan DNA purba itu. Para ahli memperkirakan setidaknya ada 1-4 persen DNA Neanderthal dan 4-6 persen DNA Denisova.

Tim peneliti yang dipimpin Peter Parham (ahli biologi sel, mikrobiologi, dan imunologi di Stanford University School of Medicine) memfokuskan analisisnya pada gen-gen antigen leukosit manusia (HLA) yang menjadi komponen penting dalam sistem ketahanan tubuh manusia. Populasi manusia modern yang migrasi dari Afrika ke daratan lain diduga terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan keberagaman HLA yang terbatas dan makin berkurang akibat serangan penyakit.

”Pada kondisi itu terjadilah persilangan dengan manusia purba yang memasukkan varian tambahan HLA. Hasilnya, kemampuan manusia modern melawan infeksi dan penyakit meningkat,” kata Parham.

Hidup di Eropa dan Asia

Neanderthal dan Denisova telah hidup di Eropa dan Asia ribuan tahun sebelum manusia modern datang. Oleh karena itu, gen spesifik milik keduanya yakni HLA-A, misalnya, juga ada di dalam DNA 95,3 persen warga di Papua Niugini, Jepang (80,7 persen), China (72,7 persen), Eropa (51,7 persen), dan Afrika (6,7 persen). Jumlah persentase DNA itu membuktikan cara manusia modern bermigrasi dan melakukan persilangan.

HLA juga ditemukan di Afrika, tetapi jarang karena hanya sebagian kecil manusia modern yang kembali ke Afrika sekitar 10.000 tahun lalu. Di Afrika, mereka diduga melakukan persilangan juga dengan manusia purba jenis lain hingga membentuk DNA yang berbeda.

”Manusia modern Afrika justru genetikanya lebih beragam dibandingkan dengan manusia modern di kawasan lain. Itu karena mereka mewarisi gen dari spesies manusia sebelumnya dan kemudian melakukan persilangan dengan spesies manusia yang lain,” kata Parham.

Peneliti asal Perancis, Laurent Abi-Rached, yang ikut dalam tim Parham, menduga varian antara populasi Afrika dan sebagian besar penduduk di Asia barat berbeda karena ada lingkungan patogenik yang berbeda. Ketika manusia modern pindah dari Afrika, mereka masuk ke lingkungan yang benar-benar baru. ”Ini keuntungan bagi mereka. Persilangan lantas menjadi cara paling cepat untuk bertahan hidup,” ujarnya.

Asal muasal

Temuan terbaru tim Parham ini bisa jadi kembali memancing perdebatan panjang dan sengit tentang evolusi manusia antara ”kelompok model di luar Afrika” dan ”kelompok model multiregional”. Dari analisis secara anatomi, kelompok pertama meyakini manusia modern dari Afrika-lah yang berhasil menguasai dunia dan menggantikan populasi manusia purba sekitar 10.000 tahun lalu. Adapun kelompok model multiregional meyakini manusia modern muncul sebagai hasil dari persilangan antarspesies manusia, termasuk yang pindah dari Afrika sekitar satu juta tahun lalu.

Dengan tidak memihak ke salah satu kelompok, tim Parham justru memberikan gambaran yang berbeda. Meski manusia modern, Neanderthal, dan Denisova memiliki nenek moyang yang sama di Afrika, mereka pada akhirnya memisahkan diri. Keluarga besar Neanderthal migrasi ke Asia Barat dan Eropa, sedangkan keluarga besar Denisova ke Asia Timur. Adapun nenek moyang manusia modern tinggal di Afrika hingga 65.000 tahun lalu. Ketika mereka berpindah ke Eropa dan Asia, di tengah perjalanan mereka bertemu kelompok manusia lain.

Jika sistem ketahanan tubuh manusia modern diperkuat oleh gen manusia purba, Parham menduga jangan-jangan sistem reproduktif dan sistem saraf juga begitu. Meski manusia purba telah punah, masih ada gen yang diwarisi ke kita. Untuk sementara baru terbukti gen mereka memperkuat sistem ketahanan tubuh kita.

Tersingkir

Neanderthal punah 40.000 tahun lalu karena kalah jumlah dan tersingkir oleh manusia modern yang masuk ke Eropa. Jumlah manusia modern dan Neanderthal pada waktu itu 10:1. Tim peneliti di University of Cambridge yang meneliti artefak-artefak di daerah Perigord, Perancis selatan (kawasan yang paling banyak ditemukan bukti keberadaan Neanderthal dan manusia modern awal di Eropa) menemukan lebih banyak lokasi permukiman manusia modern, dari bukti fosil dan perkakasnya.

”Manusia modern datang dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya, Neanderthal tersingkir ke daerah lain yang lebih sulit untuk mencari makan dan tempat tinggal,” ungkap Paul Mellars dari Cambridge University.

Sisa-sisa jejak Neanderthal yang sempat bertahan selama 300.000 tahun ditemukan di dalam goa-goa di Spanyol dan Gibraltar. Karena tinggal di dalam goa, Mellars menduga mereka mati kedinginan. Namun, dugaan ini masih menjadi perdebatan selama bertahun-tahun.

”Neanderthal punah kemungkinan dipercepat dengan kondisi iklim yang tiba-tiba menurun di seluruh kawasan sekitar 40.000 tahun lalu,” ujarnya.

(AFP/DiscoveryNews/LiveScience.com/ScienceDaily)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com