Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Kecantikan Pantai Koka yang Terselubung

Kompas.com - 16/08/2011, 02:31 WIB

Petrus Jie, warga Wolowiro, mengungkapkan, dia sering mengantar wisatawan asing menggunakan sampan ke Pulau Koka. Banyak ular di sana, tetapi ular itu tak menggigit wisatawan. ”Ular-ular di Pulau Koka dilarang dibunuh. Tahun 1970-an pernah ada dua warga sini, sewaktu menebar jala malam hari, tersangkut di jala mereka seekor ular belang. Ular itu lalu dibunuh. Tapi keesokan paginya, salah seorang pelaku jatuh hingga tewas saat memanjat kelapa, dan yang seorang lagi mendadak menjadi gila, bahkan sampai sekarang masih dipasung,” kata Antonius.

Kepala Desa Wolowiro Flavianus Oferus Sedu menuturkan, di sisi kiri Pantai Koka, yakni di Tanjung Ngalu Tolo, terdapat makam tua, yakni kuburan tokoh Dusun Kangarusa bernama Laki. Almarhum adalah ayah dari Rado, yang dimakamkan di Watu Ngesu. Makam itu diyakini masyarakat sebagai tempat keramat.

Berwisata ke Pantai Koka memang mempunyai sensasi tersendiri, apalagi dengan kesan magis atau supranatural yang kuat di sana. Sekitar 20 meter dari bibir pantai ke arah laut terdapat sebuah batu besar, yang bentuknya menyerupai kuda hingga batu itu disebut Watu Jara (Batu Kuda). Bagian kepala kuda batu itu tertutup air laut, sedangkan bagian ekornya tertimbun pasir pantai.

Blasius Woda (47), warga Wolowiro yang kini tinggal di Malaysia ketika masih kelas lima SD, pernah pingsan ketika dari pantai melihat kuda merah besar yang meringkik keras sambil menghadap Laut Sawu. Paman Blasius yang waktu itu juga bersamanya tidak melihat kuda seperti yang dilihat Blasius.

Yang memprihatinkan, jalan menuju Pantai Koka dari jalan raya yang berjarak sekitar 2,5 kilometer masih buruk. Berdasarkan pengamatan Kompas, mulai jalan raya hingga ke pantai kondisi jalan masih buruk. Ada bagian yang sudah diaspal, tapi kini juga telah rusak. Jika hujan, jalan akan sangat becek dan licin. Sepeda motor pun akan sulit melintas.

Kecewa

Keadaan ini membuat banyak wisatawan kecewa sebab mereka terpaksa memarkir mobilnya di lapangan dusun setempat. Mereka harus berjalan kaki sekitar 2 kilometer ke Pantai Koka. Jalan masuk ke pantai itu sebenarnya sudah dirintis tahun 1980 oleh Pemerintah Kabupaten Sikka, tapi sampai sekarang kondisinya tetap seperti dulu.

Menurut Kepala Flavianus Oferus Sedu, Pemkab Sikka sudah lama berniat membangun jalan itu, tapi sampai kini belum ada kesepakatan dengan para tuan tanah yang jumlahnya 30 orang.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka Rita DP Harsasi membenarkan bahwa jalan masuk ke Pantai Koka tak terurus. ”Selama belum ada kesepakatan dengan para tuan tanah, pemerintah daerah tak akan membangun jalan masuk ke situ. Jangan sampai ketika jalan diaspal, akses ke Pantai Koka bagus, nanti pengunjung atau wisatawan yang datang diusir oleh tuan tanah. Ini akan membuat citra kurang bagus,” ujar Rita.

Bupati Sikka Sosimus Mitang juga mengakui masalah tanah itu. Bahkan, sejak dirinya menjabat Kepala Dinas Pariwisata Cabang Provinsi NTT tahun 1987-1991, pendekatan untuk membuat mulus jalan masuk ke Pantai Koka sudah dilakukan, tapi memang belum ada titik temu dengan tuan tanah.

Sampai saat ini belum ada satu pun fasilitas untuk wisatawan di Pantai Koka karena di sekitarnya kini hanya ada kebun pertanian milik warga. Mungkin karena infrastruktur jalan yang buruk, investor enggan masuk. Ini memang menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Pemkab Sikka. Ironi, kecantikan Pantai Koka hingga kini masih terselubung....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com