Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PARIWISATA

Kecantikan Pantai Koka yang Terselubung

Kompas.com - 16/08/2011, 02:31 WIB

Samuel Oktora

Dengan dihiasi terumbu karang indah pada air lautnya, dan hamparan pasir amat putih bagaikan permadani halus nan lembut, potensi alam yang luar biasa itu sangat mungkin membuat siapa pun yang mengunjungi Pantai Koka akan terkesima dan jatuh hati.

Keaslian Pantai Koka juga begitu menonjol, di sekitar pantai hanya diselingi kebun warga yang banyak ditanami ubi kayu dan kelapa. Agak jauh dari pantai juga banyak tanaman kakao. Belum ada kios makanan atau rumah makan dan penginapan di sekitar pantai tersebut.

Alam pantai di Dusun Kangarusa, Desa Wolowiro, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, ini juga unik. Posisinya diapit oleh dua tanjung, yang di bagian tengahnya terdapat satu pulau kecil, yang oleh warga setempat biasa disebut Watu Ngesu (Batu Lesung), yang diyakini dari mitos turun-temurun dihuni oleh gurita.

Di salah satu sudut Watu Ngesu, persisnya di sekitar pinggiran pantai, terdapat makam Rado, anak dari tua Dusun Kangarusa. Makam itu diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.

Bagi warga setempat, pantai ini menjadi sandaran hidup mereka, yaitu dari hasil lautnya. Sementara bagi anak-anak desa, Pantai Koka juga menjadi tempat bermain yang menyenangkan, yakni dengan memancing menjelang sore hari. Sekitar satu kilometer dari pantai ada juga pulau kecil bernama Koka.

Pantai ini terletak sekitar 50 kilometer di barat Maumere, searah jalan menuju Kabupaten Ende, Flores. Untuk mencapai Pantai Koka tak terlalu sulit. Dari Jakarta, Surabaya, Makassar, atau Denpasar dengan pesawat, Anda dapat mendarat di Maumere. Selanjutnya, dari Maumere, Anda sebaiknya menyewa mobil (plus sopir) yang tarifnya Rp 400.000-Rp 500.000 per hari atau Rp 50.000 per jam.

Menurut Antonius Sena, penduduk Wolowiro, warga meyakini pulau itu merupakan jelmaan sebuah kapal yang tenggelam. Kapal itu konon berasal dari Sabu, dan pada tengah malam yang gelap, pulau tersebut bergerak ibarat sebuah kapal berlayar menuju Kupang (arah ke Sabu).

”Terkadang, pada malam hari terlihat dari pantai seolah ada kapal besar dengan lampu-lampunya. Kalau ada yang melihat seperti itu, pemali untuk omong, sebaiknya diam saja, cukup dilihat,” ujar Antonius.

Dia mengungkapkan, di Pulau Koka terdapat keunikan tersendiri, yaitu ular belang yang dipercaya merupakan jelmaan para anak buah kapal. Ular itu berkeliaran pada malam hari, menyelinap di sela-sela batu, tetapi binatang melata itu jinak dan tidak menggigit pengunjung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com