Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YABI: Pemagaran Badak Opsi Terbaik

Kompas.com - 26/07/2011, 23:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Java Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) dengan tujuan menyelamatkan Badak Jawa menyulut perdebatan. Gabungan LSM seperti Wahana Lingkungan Hidup dan Silvagama seperti diberitakan Rabu (20/7/2011) lalu menuntut rencana pembangunan JRSCA dibatalkan.

Hal yang menyulut perdebatan adalah pembangunan pagar beraliran listrik di Cilintang hingga Aermokla (sepanjang 28 km) dan di Laban hingga Karang Ranjang (2 km) dan pembuatan jalan. Pemagaran dan pembuatan jalan dikhawatirkan berdampak secara ekologis dan sosial.

Beberapa dampak yang disebut ialah terfragmentasinya Taman Nasional Ujung Kulon yang akan berdampak pada satwa lain, semakin mudahnya perburuan karena lalu lintas satwa terbatas serta hilangnya 110 hektar lahan penduduk serta semakin mudahnya perambahan hutan area taman nasional.

Dalam diskusi yang diadakan hari ini (26/7/2011) di FMIPA Universitas Indonesia Depok, Ketua Pengurus Yayasan Badak Indonesia (YABI) memberikan tanggapan atas reaksi penolakan pembangunan JRSCA. Pada intinya, ia mengatakan bahwa pemagaran adalah opsi yang terbaik untuk melindungi badak.

"Kalau tidak dipagari, kerbau bisa masuk. Kerbau ini punya kebiasaan yang sama dengan badak, yaitu berkubang. Kerbau yang masuk bisa membawa penyakit. Sekarang kita tahu ada penyakit Tripanosoma dan bahkan Tripanosoma badaki yang khusus menyerang badak," urai Widodo.

Pemagaran juga akan mengurangi ancaman lain, misalnya ancaman oleh spesies conspecific seperti banteng. Upaya mengurangi ancaman penting sebab populasi badak kini bahkan sudah mengalami penurunan sebesar 0,7% per tahun dan bila tak ditangani akan punah di akhir abad 21.

Widodo menampik kemungkinan pemagaran akan memfragmentasi hutan. Menurutnya, lalu lintas satwa masih bisa terjaga dengan adanya koridor yang dibangun. Ada pula tutupan kanopi yang menyambung sehingga primata bisa memakainya untuk melintas. Tinggi pagar listrik bagian bawah juga 40 cm sehingga satwa kecil masih bisa lewat.

"Soal perambahan, sudah ada perhatian dari pihak taman nasional. Selain itu juga sudah ada resort based management untuk bisa memantau. Untuk peruburuan, nanti akan ada pos di tiap koridor sehingga bisa dipantau. Kalau terbukti meningkatkan resiko perburuan, ya nanti tutup saja," urai Widodo.

Sementara soal merampas lahan 110 hektar, Widodo menegaskan bahwa lahan tersebut masuk dalam kawasan taman nasional. Dengan demikian, lahan itu berhak digunakan untuk kepentingan konservasi badak. "Kalau masyarakat merasa berhak atas lahan itu, kita pun berhak," cetus Widodo.

Widodo menegaskan, pemagaran dilakukan di area di luar Semenanjung Ujung Kulon. Ia juga mengatakan bahwa area baru yang digunakan untuk perluasan habitat badak itu merupakan bekas area yang dirambah. Area ini dianggap paling berpotensi sebagai habitat badak.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau