Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Danau Matano dan Laut Mati Jordania

Kompas.com - 12/07/2011, 05:07 WIB

Pemandangan di gugusan pulau itu tak terlalu menarik karena hanya berupa deretan pohon mangga. Menurut Namrin (50), warga setempat, pohon mangga itu konon ditanam warga saat melarikan diri dari kejaran DI/TII sekitar tahun 1950-an. Namun, panorama di bawah pulau sungguh indah dan menawan.

Air danau yang jernih membuat pelancong dapat menikmati barisan batu karang berwarna krem dan putih dari atas perahu. Bahkan, sekelompok ikan opudi (Telmatherina), ikan kecil berwarna kuning khas Danau Matano, tampak indah menyala seperti kumpulan kunang-kunang di malam hari. ”Pelancong yang tak tahan biasanya berenang di sekitar gugusan pulau,” ungkap Namrin.

Penggemar kegiatan menyelam (diving) juga bisa menyewa perlengkapan di Yatch Club. Klub ini juga menyediakan instruktur bagi penyelam pemula. Meskipun tidak ada terumbu karang, penyelam dapat menikmati keelokan berbagai habitat endemik danau, seperti kepiting bungka (Paratelphusa) yang bercorak mirip batik, keong air tawar (Brotia), dan ikan butini (Glossogobius matanensis).

Setelah puas berenang dan menyelam, pelancong dapat meneruskan perjalanan ke mata air danau di Desa Matano, sekitar 10 menit dari gugusan pulau. Dalam bahasa Dongi, bahasa asli Sorowako, Matano memiliki arti mata air.

Sumber mata air danau dibuat menyerupai kolam berukuran 8 x 12 meter. Pengunjung dapat menikmati gelembung-gelembung air bening yang tak henti bermunculan di permukaan kolam. Tak sedikit warga yang memanfaatkan air dari kolam untuk diminum.

Selain airnya yang jernih, beberapa titik di tepi danau mengandung pasir putih sehingga dimanfaatkan sebagai pantai. Pelancong umumnya menghabiskan waktu dengan berenang di tiga pantai yang ada di danau, yakni Pantai Kupu-kupu, Salonsa, dan Ide. Pengunjung dapat pula menikmati keindahan matahari terbit ataupun terbenam di atas dermaga sepanjang 50 meter yang menjorok ke danau.

Aktivitas berlibur ke Danau Matano bisa dilakoni melalui transportasi darat dan udara. Perjalanan darat dari Makassar yang berjarak sekitar 600 kilometer dari Sorowako memakan waktu 12 jam menggunakan bus eksekutif dengan ongkos Rp 150.000 per orang. Selama perjalanan, pelancong akan melewati sejumlah daerah penting di Sulsel, seperti Parepare, Sidrap, dan Palopo.

Perjalanan dengan pesawat terbang juga dilakukan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Penerbangan menuju Sorowako tersedia enam kali dalam seminggu dan memakan waktu 45 menit. Pelancong mesti merogoh kocek sekitar Rp 1 juta untuk membeli tiket pesawat jenis Dash 7 berkapasitas 45 penumpang milik PT International Nickel Indonesia (Inco).

Hingga kini, penerbangan menuju Sorowako masih dilayani pesawat PT Inco mengingat perusahaan multinasional itu mengelola tambang nikel seluas lebih dari 100.000 hektar di kawasan Sorowako. Kelestarian ekosistem di Danau Matano juga tidak lepas dari peran PT Inco yang menggunakan air danau sebagai sumber tiga pembangkit listrik sebesar 300 megawatt di Luwu Timur.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau