Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mikroorganisme Lokal Mandirikan Petani

Kompas.com - 06/05/2011, 15:38 WIB

Di kolam, mereka membuang segala sampah organik dan urine ternak. Lama kelamaan kolam mirip kubangan lumpur. Zat itu lantas disiramkan ke tanaman.

Sayangnya, teknologi ini hilang perlahan-lahan, tergantikan penggunaan pupuk kimia yang semakin masif.

Menurut Mubiar, pada dasarnya larutan MOL dan kompos menyeimbangkan ekosistem alami tanah. Secara sederhana, kompos adalah pembentuk rongga-rongga di tanah yang berfungsi sebagai tempat hidup mikroorganisme, mengalirkan air, dan nutrisi. Adapun MOL adalah kumpulan mikroorganisme yang bertugas sebagai ”pekerja” pembuat nutrisi bagi tanaman.

Uniknya, Mubiar melanjutkan, nutrisi yang dihasilkan MOL juga dikendalikan tanaman. Ini berlangsung melalui mekanisme komunikasi lintas spesies yang cukup rumit dan melibatkan berbagai reaksi biokimia.

Secara sederhana, komunikasi ini berawal dari informasi yang tersimpan dalam getah ataupun cairan tanaman lain. Informasi ini berisi nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Ketika getah ataupun cairan jatuh ke tanah, informasi ditangkap mikroorganisme yang kemudian merespons dengan menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan.

"Dulu orang biasa melukai batang pohon mangga yang tidak pernah berbuah untuk mendorongnya berbuah. Cara ini cukup manjur meski orang-orang tidak tahu mekanismenya. Tetapi sebenarnya itulah yang terjadi, saat getah jatuh ke tanah, komunikasi terjadi," kata Mubiar.

Sistem yang saling mendukung ini tak tercipta pada penggunaan pupuk kimia. Mikroorganisme lenyap karena rongga tanah tak terbentuk. Tanah menjadi padat dan keras, kesetimbangan ekosistem sawah dan ladang pun rusak. Karena itu, tanaman yang dipupuk secara kimiawi akan sangat tergantung dari asupan pupuk karena di tanah tak lagi tersedia nutrisi. Alam pun menjadi kurang bersahabat saat kesetimbangannya tak dijaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com