”Pendinginannya hanya mengandalkan udara,” kata Sihana.
Pendinginan udara berdaya kecil. Kondisi inilah yang menyebabkan kekhawatiran bangunan pengungkung reaktor nuklir tidak mampu bertahan.
Upaya pencegahan
Suhu terlampau tinggi di dalam reaktor Unit 3 mengakibatkan tekanan. Para ahli di Jepang merekomendasikan alternatif pembuatan ventilasi reaktor untuk mengurangi tekanan dan mengurangi risiko ledakan.
Skenario berikutnya, mengubur reaktor dengan pasir dan beton. Penguburan diharapkan mampu meredam ledakan dan berharap suhu pada batang bahan bakar nuklir uranium berangsur-angsur turun sehingga tidak meleleh dan stabil.
Sebelum dua skenario itu ditempuh, cukup beralasan orang mengkhawatirkan terjadinya risiko ledakan seperti di Chernobyl.
”Ledakan akan mengakibatkan seluruh zat radioaktif keluar. Ini sama seperti terjadi di Chernobyl. Bedanya, di Chernobyl tak ada pengamanan reaktor secara berlapis,” kata Sihana.
Bahan bakar nuklir untuk PLTN berupa Uranium 235 mendapatkan pengayaan sekitar 3 persen. Ini jauh lebih rendah dibandingkan pengayaan pada Uranium 235 yang digunakan untuk bom atom Hiroshima.
Pengayaan Uranium 235 untuk bom atom Hiroshima mencapai 90 persen dan memiliki kadar kemurnian yang jauh lebih tinggi. Ketika mengalami ”massa krisis”, bom nuklir itu akan sangat cepat meledak dan sangat dahsyat.
”Ledakan di PLTN bisa karena tekanan di dalam reaktor sangat kuat atau ledakan hidrogen,” kata Sihana.