Ketua Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada Sihana menegaskan, ledakan yang terjadi di PLTN Fukushima bukanlah ledakan nuklir, melainkan ledakan hidrogen.
Hidrogen yang menjadi pemicu ledakan PLTN Fukushima berasal dari pelepasan uap air dan hidrogen. Gas ini kemudian terakumulasi di sungkup reaktor yang terbuat dari baja dan bangunan reaktor yang terbuat dari beton.
Jika ledakan yang terjadi di Fukushima adalah ledakan nuklir, reaktor nuklirnya akan hancur seperti yang terjadi dalam kasus ledakan PLTN Chernobyl di Ukraina pada 1986.
Sihana menambahkan, Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang telah menetapkan ledakan di PLTN Fukushima dalam skala 4 dari 7 skala ledakan PLTN. Skala 4 itu berarti dampak ledakan bersifat lokal, tidak bersifat internasional seperti yang terjadi pada kasus Chernobyl yang berada pada skala 7.
Oleh karena itu, daerah rawan yang ditetapkan otoritas setempat hanya sekitar 30 kilometer dari pusat ledakan. Penentuan daerah rawan ini tidak semata dilakukan otoritas Jepang saja, tetapi juga dipantau oleh tim keamanan nuklir internasional.
Hujan asam
Potensi terjadinya hujan asam juga dinilai tidak mungkin. Menurut Zaki, dari ledakan yang terjadi, tidak ada zat asam yang dilepaskan, seperti sulfat ataupun nitrat. Hujan asam ini justru kemungkinan terjadi pada daerah di sekitar pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Kepala Bapeten As Natio Lasman menambahkan, isu hujan asam ini kemungkinan muncul karena dikaitkan dengan penggunaan boron untuk mendinginkan reaktor yang masih panas pada saat dimatikan. "Penggunaan boron ini menimbulkan asam borat dan ikut keluar saat terjadi ledakan," katanya.
Asam borat tidak memiliki korelasi dengan terjadinya hujan asam. Asam borat justru banyak dimanfaatkan untuk industri kosmetik.
Zaki juga membantah isu bahwa untuk mencegah zat radioaktif masuk ke dalam tubuh adalah dengan mengoleskan Betadine ke leher. Isu ini dinilai tidak logis.
Salah satu zat radioaktif yang masuk ke tubuh adalah iodium-131. Zat ini menyerang kelenjar tiroid dan bisa menyebabkan kanker.
Cara untuk menetralkannya adalah dengan mengonsumsi iodium dalam jumlah banyak, seperti yang diberikan Pemerintah Jepang bagi warga di sekitar daerah radiasi. Makin banyak iodium yang dikonsumsi, konsentrasi iodium-131 dalam kelenjar tiroid akan berkurang sehingga kemungkinan zat ini terserap tubuh jadi lebih kecil.
Untuk berjaga dari kemungkinan masuknya zat radioaktif akibat ledakan PLTN Fukushima masuk ke Indonesia, Bapeten akan memantau kondisi udara dan air laut di Manado, Sulawesi Utara. Hingga kini Indonesia belum terpengaruh oleh paparan radiasi tersebut.(NAW/MZW/YUN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.