Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Mumi Tanpa Kepala

Kompas.com - 07/03/2011, 06:01 WIB

Gejolak di Timur Tengah yang tersendat seperti di Libya ibarat mumi yang dipotong kepalanya, tetapi badannya masih bergerak dan berjalan. Padahal, berbagai kawasan di dunia sedang bergerak menata diri untuk memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk hidup secara adil melalui kekuasaan yang beradab.

Bisakah Arab dibuat menjadi kawasan demokratis? Turki membutuhkan waktu 60 tahun dari tahun 1950 sampai 2010 untuk bisa melakukan pemilu demokratis dan mendirikan pemerintahan sipil setelah dibayang-bayangi kelompok militer.

Universalis

Washington sampai sekarang tidak bisa memberikan garansi demokrasi dan menghadirkan tertib sipil sejak mencanangkan ”Freedom Agenda” di Irak maupun Afganistan.

Juga muncul persoalan legitimasi internasional, sekaligus persoalan dalam pendekatan politik global yang masih terpaku pada pola Perang Dingin melalui superioritas militer, tanpa melihat adanya perubahan baru dalam pemikiran dan interkoneksi antarbangsa.

Mungkin Samuel P Huntington benar dalam bukunya, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order (1996), membahas masalah hipokrasi dan standar ganda dalam percaturan politik internasional menuju ke pretensi universalis.

Ketika argumentasi Huntington kita terjemahkan dalam proses revolusi Timur Tengah sekarang ini, ada dua persoalan yang muncul antara masalah nasionalistik negara Arab dan intrinsik peradaban orang Arab.

Gabungan persoalan ini membuat pelik persoalan revolusi di berbagai negara Timur Tengah. Perilaku internasional, khususnya AS dan negara Eropa dengan komitmen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), kesulitan dalam menentukan jalannya perubahan politik regional Timur Tengah. Barat kesulitan menghadapi kekuasaan korosif dan orang muda yang frustrasi karena tidak mengenal kebebasan memilih di tengah persoalan dunia.

Atas nama demokrasi dan kemanusiaan, pilihan yang tersedia adalah komitmen atas nilai-nilai ideal universal dan perlunya pengamanan investasi dan kepentingan nasional. Apakah kita akan melihat sebuah perubahan ke era baru atau hanya bentuk protes sehari-hari?

Ada pepatah Libya menarik yang bisa memberikan setidaknya gambaran arah tentang revolusi yang sudah memakan darah manusia. ”Senyum adalah kata terbaik tanpa harus mengucapkan kalimat”, yang diartikan siapa pun tidak akan kehilangan harta (atau uang) kalau tetap optimistis. Perubahan memang terjadi, tetapi seberapa cepat dan seberapa perih perubahan itu terjadi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com