Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Menit di Kamar Mumi Firaun

Kompas.com - 22/02/2011, 19:58 WIB

Bulu roma Merinding

Harap maklum, dari penjelasan di setiap mumi tersebut, tidak satu pun disebutkan mati tenggelam di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa dan pengikutnya, bangsa Yahudi.

Banyak pendapat mengenai Firaun pengejar Nabi Musa. Ada pendapat mengatakan Firaun pengejar Nabi Musa adalah Raja Ramses II.

Pendapat lain menyebutkan Raja Merenptah, 1213-1203 SM, dinasti 19, putra ke-13 Ramses II.

Sebagian orang meyakini Merenptah adalah raja yang mati tenggelam di Laut Merah karena muminya mengandung banyak garam.

Alhasil, kamar penyimpanan mumi di museum tersebut didesain sedemikian rupa sehingga bentuknya mirip dengan ruang mayat raja-raja Mesir kuno, persis seperti ditemukannya di beberapa kuburan raja-raja seperti di Deir Al Bahri dan di Wadi Al Muluk, Lembah Raja-Raja.

Untuk masuk ke kamar mumi, melewati dua pintu. Pintu pertama terbuat dari kaca anti peluru yang dijaga petugas, kemudian berjalan sekitar sepuluh meter, berbelok lagi ke kanan naik tanjakan tangga empat tapak, terus masuk pintu kedua yang buka-tutup otomatis.

Suhu udara di dalam kamar mumi berkisar antara 19 dan 20 derajat selsius yang ditata secara otomatis untuk menghindari kelapukan mumi.

Cahaya kamar mumi juga dibuat agak sedikit remang.  Meskipun sebelumnya saya sudah beberapa kali masuk ke kamar mumi Firaun tersebut, tapi kali ini suasanya agak beda: sepi senyap.

Ketika sedang asyik mencatat nama-nama dan era dinasti para mumi-mumi Firaun itu, tiba-tiba tersadar bahwa di kamar itu hanya saya seorang diri, semua pengunjung sudah pada keluar.

Tengok kiri tengok kanan terlihat hanya mayat-mayat Firaun, waduh bulu roma ini merinding, saya pun mengambil langkah seribu, bergegas keluar dari kamar mumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com