Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Acar Kol untuk Orangutan

Kompas.com - 24/12/2010, 10:32 WIB

Kedekatannya dengan orangutan meyakinkan Ibu Ulla bahwa metabolisme orangutan sangat mirip dengan metabolisme manusia. Beberapa tahun lalu, si Budi dan si Sukarna terserang parasit strongyloides. Mereka mengalami diare. Ibu Ulla teringat obat yang manjur untuk mengobati gangguan perut dari masa kecilnya di Prussia Timur: acar kol yang dirajang.

Budi diberi makanan tradisional Jerman itu, sedangkan Sukarna tidak. Wanita yang sempat belajar menjadi asisten teknik medis ini pun menjadi ilmuwan kera dan berhasil. Pada kelompok acar kol, penyakit itu menghilang dan tidak kambuh lagi. Sejak itu, "obat" tersebut juga digunakan di pos perawatan orangutan lainnya.

Atas dedikasinya dalam mengurus hewan-hewan itu, Ibu Ulla dianugerahi tanda jasa Bundesverdienstkreuz kelas satu dari Pemerintah Jerman. Selain itu, dia juga telah memperoleh berbagai penghargaan lingkungan. Di pintu masuk KB Ragunan, terdapat patung perunggu dirinya. Namun, dia tidak menyukai patung tersebut karena tidak ingin dikultuskan seperti seorang kaisar. Ia akan lebih senang seandainya orang Indonesia akhirnya mengembangkan rasa sayang binatang seperti yang menahannya di Jakarta sejak 60 tahun lalu.

"Sayangnya orang Indonesia masih kurang peduli kepada leluhur mereka yang berharga," ujarnya. Ulrike menyesalkan, di Jakarta ini semuanya seakan-akan harus berhubungan dengan uang. Sudah berulang kali ia mencoba mengalihkan hewan-hewan itu kepada berbagai organisasi perlindungan hewan. Tetapi, langkah yang dahulu jauh lebih mudah kini tiba-tiba selalu terkait dengan pembayaran uang dalam jumlah besar. Itu pun tidak selalu jelas untuk apa sesungguhnya uang yang ia bayarkan. Ia yang kenal Indonesia dengan baik, tidak memungkiri korupsi merupakan bagian dari negeri ini.

Sejak dulu, para pemikir besar dan politisi ulung pun biasa bertandang ke rumahnya. "Soekarno orang yang sangat karismatik," komentarnya. Nama presiden pertama itu dipinjam untuk nama bayi kera Sukarna. "Bila Soekarno berbicara, semua orang mendengarkannya, mirip dengan Obama sekarang ini," kenangnya. Selain Soekarno, presiden yang memahami bahasa Jerman dan pernah berjumpa dengannya adalah BJ Habibie dan KH Abdurrahman Wahid. Mereka bisa berkomunikasi dalam bahasa Jerman.

Jika ia berbicara tentang politik, suaranya bisa mendadak lantang. Tubuhnya yang mungil akan membungkuk, seakan-akan ia hendak menggebrak meja. Namun, lengannya tak lagi memiliki tenaga yang diperlukan untuk itu. "Rasa gusar membuat saya tetap sehat," katanya. Andai kata ia terbiasa memendam kemarahan, ia sudah lama terserang kanker, karena itu semuanya harus langsung diungkapkan. Tetapi ia tidak sering marah. "Saya hanya dikelilingi oleh orangutan yang baik hati," kata Ibu Ulla.

Tahun depan, Ibu Ulla mau "pensiun" atau berhenti dari tugasnya mengasuh orangutan di KB Ragunan. Hingga kini belum ada orang yang mau mengambil alih pekerjaannya itu.

Penulis Soren Kittel,Wartawan Die Welt, Peserta Program Goethe Institut Magang di Kompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau