Meskipun hujan hampir setiap hari turun, Supardan (57), petani di Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran, Banyumas, tak tergoda untuk menanam padi karena khawatir sewaktu-waktu hujan selesai. "Sekarang ini cuaca benar-benar tak dapat diprediksi. Tapi, saya tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Agustus-September menanam palawija. Nanti kalau sudah November baru padi lagi," kata dia.
Cuaca ekstrem tahun ini membuat para petani bawang merah dan sayuran di wilayah pantura Tegal dan sekitarnya terpuruk karena produktivitas kedua komoditas tersebut rendah.
Sejumlah petani bawang merah di Kabupaten Brebes dan Tegal mengaku rugi. Selain terendam banjir, tanaman bawang banyak terserang hama penyakit.
Pasangan Surti (50) dan Warkaya (65), petani di Desa Kepandean, Kecamatan Dukuhturi, Tegal, mengaku tanaman bawang merah mereka gagal panen akibat terserang ulat.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Mekar Tani Desa Pagejugan, Mashadi, mengatakan, sebagian besar petani bawang merah di wilayahnya gagal panen akibat perubahan cuaca ekstrem. Dari sekitar 160 hektar tanaman bawang merah, sekitar 90 persennya gagal panen.
Selain harus menanggung kerugian, sebagian petani juga terbebani utang bank yang digunakan untuk modal usaha tanam bawang. (eki/gal/wie)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.