Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuhan Dalam Buku Stephen Hawking?

Kompas.com - 16/09/2010, 23:21 WIB

Bagi Hawking, alam semesta ini memang seharusnya tidak remuk. Alam semesta itu mengembang. Arti pertama, segala sesuatu yang ada dalam alam semesta tampil sebagai peristiwa kebetulan belaka.

Alam semesta mengatur dirinya sendiri sebagaimana layaknya sebuah mesin raksasa. Arti kedua, penciptaan alam semesta mempunyai tujuan bagi kehidupan manusia.

Dua pernyataan itu mengerucut kepada pertanyaan, bagaimana peran dan keberadaan Tuhan dalam alam raya ini? Menurut penulis buku Sains dan Problem Ketuhanan, Greg Soetomo, pertanyaan itu dapat dibaca sebagai "Tuhan yang dicampakkan dalam alam semesta".

Sejumlah pemikir telah coba membuat peta jalan seputar "Tuhan yang dicampakkan dalam alam semesta". Ahli fisika Newton memandang adanya Tuhan yang berperan dalam menggerakkan planet-planet dan sistem tata surya.

Sementara seorang ahli matematika, Carl F. Gauss berpendapat bahwa segala persoalan mengenai Tuhan sungguh-sungguh berada di luar batas kemampuan pikiran dan ruang lingkup sains.

Implikasinya, menurut ahli psikoanalisa Sigmund Freud, dalam agama, manusia melarikan diri dari kenyataan. Dalam agama, manusia bertingkahlaku seperti bocah yang membutuhkan seorang "bapa" yang digadang-gadang mampu melindungi dari keganasan alam. Sains lantas mempertanyakan keberadaan agama untuk membela keberadaan sains.

Bagi Hawking, dalam bukunya A Brief History of Time, Big Bang tampil sebagai konsekuensi dari hukum gaya berat.

?Karena adanya hukum seperti gaya berat, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya dari ketiadaan. Penciptaan spontan adalah alasan bahwa ada sesuatu dan bukannya tidak ada, mengapa alam semesta ada, mengapa kita ada,? tulis Hawking.

Amatan Hawking itu punya rentetan pijakan sejarah. Bagi filsuf Yunani kuno, Plato, dunia yang dipahami sebagai alam semesta (cosmos), telah mulai bersamaan dengan adanya waktu.

Plato menulis, "Ia baik, dan dari yang baik, tak pernah dapat lahir sebuah kecemburuan apapun terhadap siapapun. Karena terbebas dari iri hati, Ia menghendaki bahwa segala sesuatu terjadi. Segalanya itu sejauh mungkin serupa dengan diri-nya sendiri".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com