Mutiara 1, selain berbiji besar, juga memiliki sifat tahan penyakit karat daun (
”Benih Mutiara 1 sebelum dilepas kepada petani harus stabil. Stabil artinya sudah tidak berubah lagi susunan gennya. Biasanya sampai pada generasi keempat,” kata Harry.
Biji kedelai setelah disinar
”Benih sebar ini yang kemudian disertifikasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk dikonsumsi sebagai benih siap tanam oleh petani,” kata Harry.
Ada sedikitnya empat tingkatan pemuliaan benih untuk mendapatkan Mutiara 1 agar bisa ditanam petani. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Suswono Nomor 2602/Kpts/SR.120/7/2010 tentang Pelepasan Galur Mutan Kedelai 37 MBB sebagai Varietas Unggul dengan Nama Mutiara 1, usia tanam kedelai ini tergolong genjah.
Dengan ketinggian batang rata-rata 46,8 sentimeter, kedelai Mutiara 1 dapat dipanen pada usia kira-kira 82 hari. Pada usia 30 hari, Mutiara 1 sudah berbunga warna ungu.
Hasil panen kedelai Mutiara 1 tak ubahnya dengan varietas kedelai lokal lain yang memiliki kadar protein 37,7 persen dan kadar lemak 13,8 persen. Ini sangat cocok untuk produksi tahu dengan rendemen sangat tinggi sampai 373,3 persen. Cocok pula untuk produksi tempe dengan rendemen 193,3 persen. Kedelai varietas lokal justru lebih disukai cita rasanya untuk tahu-tempe ketimbang kedelai impor.
Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir Batan Taswanda Tary mengatakan, hasil penelitian kedelai ini terus meningkat. Sebelumnya sudah diperoleh kedelai varietas Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, dan Mitani dengan cara iradiasi sinar gama Co 60 pula.
”Pelepasan pertama kali varietas Muria pada 1987. Terakhir dihasilkan kedelai varietas Mutiara yang memiliki produktivitas 2,4 ton hingga 4,1 ton per hektar,” kata Taswanda.