”Pemanasan global membuat es menyusut di kawasan Pegunungan Jayawijaya ini begitu pesat. Ada juga gejala lokal yang timbul, seperti banjir dan kekeringan,” kata Iwan.
Anggota Wanadri lainnya, Remy Tjahari (65), mengajak seluruh masyarakat agar mau bertindak sesuatu sesuai dengan kompetensi masing-masing. ”Dengan menanam pohon atau mengurangi kegiatan yang menghasilkan polusi,” ucapnya.
Selain kesadaran masyarakat, menurut Erry Ryana Hardjapamekas, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, yang tergabung dalam tim Bravo, untuk menangani persoalan lingkungan yang semakin parah dibutuhkan juga kebijakan yang berani dari pemimpin bangsa, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif.
Seperti halnya korupsi, kata dia, penanganan kerusakan lingkungan harus dengan kepastian hukum. Pemerintah bisa saja memberikan batasan masa pelanggaran yang dapat diampuni jika memang kesulitan mendeteksi waktu pelanggaran.
”Misalnya, pemerintah mengampuni pelanggaran lingkungan yang pernah dilakukan hingga tahun 2000. Dengan catatan, perusak lingkungan harus memberikan denda senilai 50 persen sesuai dengan tingkat kesalahannya,” kata Erry.
Namun, setelah tahun yang ditentukan, pemerintah harus memberikan hukuman berat agar terdapat efek jera bagi perusak lingkungan meskipun berasal dari perusahaan besar. ”Hanya saja, butuh pemimpin yang berani mengambil risiko untuk membuat keputusan yang tidak populis tersebut,” kata Erry.
Tidak adanya keputusan yang tegas untuk menindak perusak lingkungan, seperti perambah hutan secara liar, pertambangan ilegal, dan pelaku eksploitasi sumber daya alam secara masif, membuat dampak pemanasan global tidak akan bisa dicegah.
Iwan menambahkan, parahnya dampak pemanasan global sekarang ini membuat masyarakat dunia beradaptasi dengan perubahan lingkungan, tidak lagi melakukan mitigasi.
Seusai upacara, tim kembali turun ke kamp terakhir di Lembah Danau-Danau. Selama perjalanan turun, mereka mengumpulkan sampah anorganik, baik yang mereka hasilkan maupun mereka temukan di sepanjang jalur, untuk konservasi.
Tak pelak, kampanye ”kecil” tim ekspedisi pada Hari Bumi ini memang ingin memberikan pesan moral bagi pemimpin bangsa. Keselamatan lingkungan hanya akan menjadi wacana jika pemimpinnya terus membiarkan eksploitasi lingkungan secara besar-besaran berlangsung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.