Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laboratorium Sel Surya Hartika

Kompas.com - 05/02/2010, 03:31 WIB

Hartika mengungkapkan, sel surya sebagai teknologi ramah lingkungan pada era 1994 mulai marak di dunia. Saat itu, Jepang mengimplementasikannya untuk program One Million Roof, sejuta atap rumah dengan sel surya. Pada 1997, The European Commision menyusul dengan One Million Solar Residential System, dan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton menempuh One Million Roof. Pada 1997, Soeharto mencanangkan program ”Listrik Tenaga Surya untuk Sejuta Rumah” di pedesaan terisolasi dengan setiap rumah 50 wattpeak (Wp). Dananya dari utang lunak luar negeri.

Hitung-hitungan Hartika, program itu akan mengimplementasikan sejuta kali 50 Wp sel surya menjadi 50 megawattpeak (MWp). Ini ditargetkan selesai pada 2004. Namun, sampai kini diketahui hanya terlaksana sebesar 9 MWp.

Untuk kesekian kalinya, harapan Hartika makin kuat akan adanya industri sel surya dalam negeri. Akan tetapi, kenyataan bicara lain. Itulah sebabnya mengapa Hartika kemudian mengatakan, meskipun dia tua di laboratorium, tetap saja industri sel surya tak berdiri.

Perkara berani

Meskipun Indonesia sudah memulai, menurut Hartika, negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, ternyata yang lebih dulu membuat pabrikasi sel surya.

Itu bukan karena para ahli mereka yang lebih dulu mampu membuat sel surya, melainkan ini lebih karena pemerintah negara-negara itu berani memutuskan membuat industri sel surya.

Menurut Hartika, bagi Indonesia, mendirikan industri sel surya sebenarnya bukanlah perkara bisa atau tidak bisa. Tetapi, untuk mewujudkannya diperlukan keberanian dari pemerintah.

”Ini perkara keberanian pemerintah untuk memberikan keputusan yang nyaman dan aman bagi investor. Tujuannya juga untuk memberikan manfaat kesejahteraan khalayak,” katanya.

Selepas studi Jurusan Elektronika Institut Teknologi Bandung (ITB), Hartika lalu bergabung di Lembaga Elektronika Nasional (LEN)—masih di bawah LIPI. Pada 1991, pemerintah mengubah LEN-LIPI menjadi PT LEN Industri (Persero), sebagai badan usaha milik negara yang terpisah dengan LIPI.

Tahun 1976, dia mendalami ilmu semikonduktor di Universitas Lancaster, Inggris. Hartika sempat memilih kembali ke Tanah Air ketika keinginannya untuk studi ilmu semikonduktor ditolak. Sebaliknya, ia diminta memilih studi superkonduktor.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau