Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amos Palu: Siang Jadi Guru, Malam Jaga Sekolah

Kompas.com - 22/08/2009, 18:45 WIB

Kini ada tiga guru relawan hasil rekrutan Amos, yang terdiri dari sarjana teologi, sarjana ekonomi, dan sarjana pendidikan luar sekolah. Dia sendiri sarjana Bahasa Indonesia lulusan 2006. Bersama seorang guru tata busana yang juga pegawai negeri sipil (PNS) seperti Amos, lengkaplah tim pengajar.

Mereka mengajar berbagai mata pelajaran, termasuk 14 mata pelajaran kompetensi keahlian yang berhubungan dengan bidang SMK yang diresmikan dengan nama SMKN 2 Talaud bidang Keahlian Kelautan, Program Keahlian Budidaya Ikan Laut.

Jangan tanya soal gaji. Apalagi gaji dari pemerintah. Dalam sebulan, para relawan guru ini ”bergaji” hasil bumi dari masyarakat dan uang antara Rp 100.000 dan Rp 200.000, hasil iuran orangtua murid.

Adapun Amos, PNS golongan IV dengan tambahan tunjangan istri-anak dan kepala sekolah, setiap bulan menerima Rp 3.430.000. Tunjangan harian sebesar Rp 50.000 yang sempat ia terima dihapus sejak Mei 2008. Sesekali ia mendapat raskin 20 kilogram. Namun, hampir setiap hari ada hasil kebun pemberian masyarakat, seperti pisang, sampai hasil mengail, semisal ikan atau lobster.

Tanya Tunjangan
Tiga bulan lalu ada dua guru baru yang ”dimutasi” ke Miangas gara-gara mempertanyakan tunjangan kepada Pemerintah Kabupaten Talaud. Namun, saat ini mereka sedang pulang ke pulau masing-masing. Amos hanya bisa berharap mereka mau kembali.

"Perencanaan pemerintah tidak matang. Bagi kami, yang penting ada tenaga pendidik, biar ada dampak positifnya terhadap anak-anak,” katanya.

Dari 11 murid angkatan pertama SMK Kelautan yang ikut Ujian Nasional 2008, tiga orang berhasil lulus. Adapun pada tahun 2009, 26 murid peserta UN lulus semua, dengan rata-rata nilai Matematika mencapai 7,97.

”Kami memberikan jam tambahan bagi para siswa sebelum UN,” cerita Amos yang kali ini berbicara dengan senyum lebar.

Amos mengajak para orangtua murid, yang berjumlah 26 orang itu, untuk menyumbang masing-masing Rp 15.000 per bulan. Uang itu sebagian besar digunakan untuk honor para relawan dan keperluan lain, seperti praktik siswa membuat akuarium.

Tentang biaya operasional SMK, dalam anggaran tahun 2009 dari kabupaten tertulis, ada dana rutin sebesar Rp 32 juta dibagi 12 bulan. Namun, hingga Juli 2009, dana yang turun baru Rp 3 juta. ”Tahun lalu juga cuma turun Rp 6 juta. Katanya, enggak ada lagi anggaran,” cerita Amos.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com