Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaya Ratha, Menguak Pengembaraan Penyu

Kompas.com - 10/07/2009, 09:30 WIB

Di Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi, Jawa Timur, tersebutlah Pantai Sukamade. Kawasan itu menjadi pantai tempat bertelurnya penyu, paling banyak spesies penyu hijau, disusul penyu lekang dan penyu belimbing.

Di situlah Jaya pertama kali mengenal penyu, saat masih sebagai mahasiswa Universitas Udayana, pada tahun 2004. Selama lima bulan Jaya terlibat penyusuran Pantai Sukamade dan mengidentifikasi penyu yang dijumpainya. Saat paling sering penyu muncul adalah tengah malam hingga dini hari.

Jaya kemudian mengajukan proposal penelitian skripsinya berjudul ”Identifikasi Bakteri Potensial Pathogen pada Penetasan Telur Penyu Hijau”. Pengalaman meneliti penyu hijau di Sukamade berlanjut pada tahun berikutnya di Pantai Gili Trawangan, Lombok. Pengalaman ke Lombok ini disebutnya sebagai pengalaman pertama naik pesawat terbang.

Di Lombok, Jaya mendapat tugas pemasangan flipper tag atau logam penanda pada sirip penyu yang ditangkar komunitas masyarakat Gili Trawangan. Penyu-penyu yang diberi penanda itu akan dilepas setelah selesai ditangkar dan beranjak dewasa.

Pergelutan Jaya dengan penyu berlanjut ke Pulau Derawan, Kalimantan Timur, pada 2006. Di Derawan, Jaya bergabung dengan tim WWF, di antaranya terdapat spesialis pemasang transmiter penyu dari Belanda,  Geoffrey Gearheart.

”Lagi-lagi ahlinya selalu orang bule,” ujar Jaya. Selama tiga bulan di Derawan, Jaya mengikuti ”kursus” yang diberikan Gearheart. Pada akhirnya Jaya mendapat sertifikat spesialis pemasang transmiter penyu bercangkang.

Keahlian memasang transmiter dipraktikkan Jaya pertama kali di Pulai Piai, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, pada 2007. Dia memasang transmiter pada dua penyu hijau.

Pemasangan transmiter oleh Jaya pada 27 April 2009 di kawasan Pantai Jamursba Medi, Sorong, tepatnya di Pantai Batu Rumah, merupakan pemasangan ke-13. Penyu lekang yang diberi transmiter itu kemudian diberi nama Robeca.

Robeca memiliki lengkung karapas 68 sentimeter dengan bobot 70 kilogram. Selama transmiter itu tetap terpasang dan baterainya masih berfungsi hingga rata-rata sampai 18 bulan, pengembaraan Robeca terpantau melalui satelit.

Siapa pun dapat mengakses informasi pengembaraan Robeca saat ini dengan cara membuka situs internet: www.seaturtle.org/tracking/?project_ id=391.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau