”Polimer nano-komposit ini murni bahan lokal untuk menggantikan penggunaan bahan nafion,” ujar Eniya. Penggunaan nafion mencapai 1.000 dollar AS (Rp 10 juta) per meter persegi, sedangkan dengan nano-komposit hanya Rp 1,5 juta per meter persegi. Jadi, turun 85 persen!
Eniya juga menyubstitusi komponen sel bahan bakar, yaitu end-plate, current collector, graphite bipolar plate, serta elektroda dan membrannya (MEA), dengan bahan-bahan lokal. Hasilnya, biaya turun dari 2.395 dollar AS (Rp 24 juta) menjadi Rp 6 juta, atau turun 75 persen. Eniya menjamin, pola alur gas menjadi lebih efisien. ”Temuan ini sedang dalam proses paten,” katanya.
Mahyudin menghemat dengan cara lain. Lazimnya, hidrogen dibeli dari pasaran, harga listrik dengan sel bahan bakar menjadi Rp 1.500 per kilowatt, atau dua kali lipat dari harga listrik PT PLN yang Rp 700 per kilowatt.
”Biohidrogen yang saya hasilkan melalui fermentasi gliserol dari limbah produksi minyak sawit dapat menekan harga produksi. Lebih murah dari harga pasaran PT PLN,” katanya.
Sangat menjanjikan. Ditunggu praktiknya nanti. (NAW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.