Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tungku Supriyanto Berkonsep Energi Petani

Kompas.com - 16/04/2009, 12:03 WIB

Oleh FX Puniman

Beberapa bulan setelah menjadi Direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, di daerah Cibadak Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tahun 2003, Supriyanto melihat warga setempat sering menebangi pohon untuk kayu bakar. Hasil survei menyebutkan, dalam sehari sekitar 10 meter kubik kayu bakar keluar dari hutan pendidikan Gunung Walat.

Dalam benak Supriyanto muncul pertanyaan, mengapa penduduk tidak memilih menggunakan ranting pohon untuk kayu bakar? Mengapa mereka memilih menebang pohon? Dari para penebang pohon itu pula dia memperoleh jawabannya. Rupanya, warga sekitar Gunung Walat lebih suka menebang pohon karena energi api yang dihasilkan ranting tidak cukup besar.

Di sisi lain, alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini merasa khawatir penebangan pohon akan berdampak terhadap krisis energi, terutama bahan bakar fosil yang terus menipis.

Supriyanto lalu terpikir memanfaatkan energi yang berasal dari biomassa, seperti rumput, limbah kayu, semak belukar, ranting kayu, dan potongan bambu, yang sesungguhnya amat mudah diperoleh di pekarangan.

Berdasarkan temuan dan kekhawatiran itulah, Supriyanto kemudian mulai memfokuskan diri untuk membuat teknologi pedesaan yang sederhana dengan bahan bakar yang mudah diperoleh dari limbah lingkungan setempat.

”Konsep yang saya pergunakan adalah farmer energy atau energi petani. Teknologinya harus sederhana, mudah, murah, tidak berisiko, tetapi efisiensinya tinggi,” katanya.

Ia lalu menjadikan tungku sebagai pilihan untuk diteliti. Beberapa artikel tentang tungku di berbagai negara, termasuk dari Indonesia, dia pelajari.

Bertemu ahli arang

Di tengah upaya mempelajari tungku tersebut, Supriyanto yang juga peneliti di Seameo Biotrop (Pusat Studi Regional Penelitian Biologi Tropis) bertemu dengan Robert Flanagan, ahli bio-charcoal (arang) dari Finlandia yang menjadi tamu Biotrop.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau