Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelajah Desain Parhyangan Agung Gunung Rinjani

Kompas.com - 17/09/2008, 12:52 WIB

Area keseluruhan Pura/ Parhyangan Agung Gunung Rinjani yang direncanakan adalah dengan posisi memanjang arah kaja-kelod, berukuran panjang 351,56 meter dan lebar 82,8 meter. Dalam desain dibuat pada halaman terluar sebagai tempat parkir, di mana sebelum menuju mandala Petala (halaman pura terluar yang tidak bertembok panyengker) mesti melalui tangga naik yang panjangnya sekitar 25,72 meter. Bangunan-bangunan suci yang ada adalah sebagaimana yang disebut kan sebelumnya di atas.

’Bangun’ (shape) dari Padmasana adalah abstraksi bentuk geometris bersusun berbingkai ’kayonan’. Bataran ber-undag (bertangga) mengerucut terpancung sebagai landasan dari bangunan inti-nya. Induk Padma yang duduk di atas bataran itu juga memiliki ’raut’ mengerucut, semakin ke atas kian mengecil.

Palinggih dari Padmasana adalah sebagai simbol (nyasa) kedudukan (stana) Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dengan berbagai sebutan, seperti bisa disebut: Sang Hyang Siwa Raditya, dalam manifestasi yang dirasakan manusia sebagai ”surya” atau matahari. Bisa pula disebut sebagai Sang Hyang Tri Purusa, yakni sebagai manifestasi yang manunggal: sebagai Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa.

Adapun ragam hias yang dikandung oleh bangunan Padmasana ini antara lain: di dasar bangunan terdapat ukiran empas atau kura-kura besar yang disebut Bhedawangnala yang dibelit oleh dua ekor naga yang mengikat antara empas dengan dasar bangunan Padmasana. Pada bagian puncak dari bangunan suci ini terdapat singgasana berlatar belakang ”ulon” (semacam sandaran dari singgasana). Adapun bahan bangunannya-direncanakan-terbuat dari batu padas yang bisa diperoleh dari  desa Teluk Nara, Tanjung-Lombok Barat.

Bangunan Meru di sini (baik tumpang 11 maupun 9) memiliki tampak menyerupai Candi yang memiliki tiga kelompok tingkatan anak tangga (undag). Pada hilir railing anak tangga (undag)—di kiri kanannya—terdapat relief naga. Patung-patung para Dewa pun tampak mengelilingi setiap tingkat bataran Meru. Baik Meru tumpang 11 (sebelas) maupun tumpang 9 (sembilan) memiliki ukuran dasar bangunan yang sama, yaitu berukuran 12, 161 meter dan 18,853 meter.

Meru merupakan simbol alam semesta (andhabuwana) yang terdiri dari tiga bagian: bhur loka, bwah loka dan swah loka. Tingkatan atap Meru merupakan simbolis dari ”penglukunan Dasaksara” (peredaran sepuluh huruf suci) yang dikaitkan dengan para Dewa, manifestasi Tuhan sebagai penguasa alam semesta.

Tumpang 11 dan 9 yang direncanakan di sini adalah Meru untuk ”Dewa Pratistha” artinya Meru selaku sarana sakral untuk memuja Dewa, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.. Meru-Meru tersebut memiliki makna filosofis: media pemujaan yang hendaknya dilanjutkan dengan mewujudkan makna pemujaan itu ke dalam kehidupan nyata menata sumber daya alam dan sumber daya manusia secara seimbang.

Bagaimana dengan Bale Pesandekan dan Bale Kulkul yang ada? Bale Pesandekan merupakan sebagai tempat rapat atau menyiapkan diri dan menyiapkan banten sebelum masuk ke utama mandala. Sementara Bale Kulkul yang ada adalah tempat kulkul (kentongan) yang dipukul sebagai isyarat kepada pemuja bahwa upacara akan dimulai atau sudah selesai.

Faktor dan Unsur Arsitektur

Apa yang bisa disaksikan dalam desain Parhyangan ini adalah adanya faktor-faktor dan beberapa unsur pokok arsitektur parhyangannya. Faktor-faktor arsitekturnya adalah menyangkut pada skala, tatanan, ritme, bobot, kekuatan dan massa bangunan. Sementara unsur pokok arsitektur yang ada di dalamnya adalah ’kesadaran’ akan adanya ruang yang religius dan adanya dialog antara ruang dan struktur.  Selain itu adalah permainan ”bangun” dan pengayaan akan bentuk  Sedang kan tentang makna (jati diri atau identitas) dari Parhyangan ini menyangkut pada nilai rancangan dan style, tempat, waktu dan aspek sosialnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com