KOMPAS.com - Bayi prematur masa depan mungkin tak lagi harus bertahan hidup di sebuah inkubator. Mereka akan ditempatkan di kantung plastik "ajaib".
Tim peneliti dari Rumah Sakit Anak Philadelphia menciptakan kantung plastik itu dan beharap memanfaatkannya sebagai rahim buatan.
Kantung plastik itu diisi amnion, cairan yang normalnya juga terdapat di dalam rahim. Selain itu, kantung juga terhubung dengan mesin serupa paru-paru yang menyuplai oksigen serta kantung nutrisi.
Emily Partridge, salah satu peneliti, berharap rahim buatan itu bisa menyelamatkan bayi prematur dari ancaman kematian.
Saat ini, tingkat kesintasan bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 23 minggu nyaris nol persen, usia 23 minggu 15 persen, 24 minggu 55 persen, dan 25 minggu 80 persen.
Baca Juga: Seorang Bayi Lahir dari Tiga Orang Tua Kandung berkat Teknik Kontroversial
Normalnya, bayi lahir pada usia kehamilan 40 minggu. Mereka yang lahir kurang dari periode tersebut berpotensi mengalami kematian dan gangguan perkembangan.
Partridge mengatakan, upayanya fokus pada bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 23-24 minggu, tidak kurang dari itu.
"Bayi yang menghadapi tantangan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim, di daratan, dan menghirup udara langsung padahal mereka belum siap untuk itu," katanya seperti dikutip BBC, Selasa (25/4/2017).
Studi pada Domba
Bagaimana Partridge menguji keefektifan rahim buatannya? Mereka melakukan studi pada embrio domba yang usianya setara dengan embrio manusia berumur 23 minggu.
Embrio dimasukkan dalam kantung berisi amnion. Bagi umbilical cord-nya dihubungkan dengan mesin udara lewat selang yang berfungsi mirip plasenta.
Rahim buatan itu juga dihubungkan dengan kantung berisi nutrisi, mirip cairan infus. Lantas, kantung disimpan di lingkungan yang steril dan suhu optimal.
Pengamatan menunjukkan, embrio tampak menikmati lingkungan plastik itu. Matanya terbuka dan bulu pun tumbuh normal.
Setelah 28 hari di dalam rahim buatan, embrio dilepaskan. Sejumlah embrio dibunuh dengan sengaja agar ilmuwan bisa mengamati perkembangan organnya.
Sejumlah embrio lain dibiarkan hidup dan diberi makan lewat botol, seperti halnya bayi manusia yang diberi susu formula.