Bukti Adanya Planet yang Menabrak Bumi Ditemukan pada Batu Bulan

Kompas.com - 09/06/2014, 15:44 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Ilmuwan menemukan bukti adanya planet yang menabrak bumi setelah menganalisis batu bulan yang dibawa oleh misi Apollo 11, 12, dan 16.

Planet bernama Theia itu oleh beberapa ilmuwan diyakini sebagai planet yang bertanggung jawab pada pembentukan bulan.

Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, Theia menabrak bumi. Tabrakan menyebabkan debris dalam jumlah besar yang terdiri atas kerak dan mantel bumi menyebar ke antariksa.

Di angkasa, debris dan material Theia menyatu. Rob de Meijer, profesor Groninger University di Belanda, meyakini bahwa kumpulan debris dan material Theia itulah yang membentuk bulan.

Bukti adanya Theia yang ditemukan berupa isotop atom oksigen pada bulan yang ternyata sedikit berbeda dengan oksigen yang ditemukan pada bumi.

Isotop adalah atom suatu unsur yang memiliki proton yang sama, tetapi mempunyai neutron dalam jumlah berbeda.

Proton adalah partikel dalam inti atom yang bermuatan positif, sementara neutron adalah partikel yang tidak bermuatan (netral).

Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Science itu, diungkap bahwa batu bulan memiliki atom oksigen -17 yang lebih melimpah daripada bumi.

Isotop oksigen di bulan memiliki sembilan neutron, berbeda dengan oksigen di bumi yang mempunyai delapan neutron.

Telah lama ilmuwan meyakini bahwa bila bulan terbentuk dari sebagian material Theia, komponen bulan harus berbeda dengan bumi.

Dengan adanya perbedaan isotop oksigen, Daniel Herwartz dari University of Gottingen yang memimpin riset, seperti dikutip Foxnews, Jumat (6/6/2014), mengatakan, "Ini mengonfirmasi hipotesis tabrakan besar."

Meskipun demikian, Alex Halliday dari Oxford University mengungkapkan bahwa hasil riset ini belum cukup kuat menjadi bukti.

Dikutip BBC, Kamis (5/6/2014), Halliday mengatakan bahwa ia terkejut dengan perbedaan antara bumi dan bulan begitu kecil. Untuk mengonfirmasi hipotesis tabrakan besar, perbedaan yang ditemukan seharusnya lebih besar.

Sementara itu, Mahesh Anand dari Open University mengingatkan, riset ini hanya meneliti tiga sampel. Jadi, hasilnya belum tentu representatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau