KOMPAS.com - Sejumlah jalan protokol di kawasan barat Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir kemarin, Rabu (15/1/2020), setelah hujan deras disertai angin kencang mengguyur sejak sore hingga malam hari.
Terkait kejadian ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, mengeluarkan hasil analisis cuaca di wilayah Surabaya tanggal 15 Januari 2019.
Berdasarkan data yang dikeluarkan tersebut, ada beberapa indikator analisa meteorologi yang diungkapkan.
1. Pola angin
Dari analisa pola angin tanggal 15 Januari 2020 pada pukul 19.00 WIB (12.00 UTC) terlihat adanya sirkulasi Eddy di Kalimantan.
Hal ini menyebabkan adanya pertemuan angin atau konvergensi di wilayah Jawa Timur, sehingga terjadi penumpukan massa udara yang berpotensi menjadi pertumbuhan awan penghujan yang cukup kuat.
Baca juga: Peringatan untuk Kita, Ahli Sebut Banjir dan Perubahan Iklim Berkaitan
2. Suhu muka laut
Suhu muka laut terutama di wilayah perairan Utara Jawa Timur dan di Selat Madura tercatat sebesar 29-31 derajat Celcius, dan anomali suhu muka laut terdeteksi 0.5 - 1.5 derajat Celcius.
Kondisi ini menunjukkan aktivitas penguapan yang cukup tinggi. Sehingga banyak suplai uap air ke atmosfer untuk mendukung terbentuknya awan-awan konvektif di sekitar wilayah Jawa Timur.
3. Analisa RAOB
RAOB pada tanggal 15 Januari 2020 pukul 19.00 WIB mencatatkan indeks LI bernilai -4.0, dan indeks KI bernilai 40.2, dengan suhu konvektif sebesar 33 derajat Celcius tercapai di Bandara Juanda pada pukul 11 hingga 13 WIB.
Selain itu, terdapat indeks Sweat bernilai 244.4 yang menunjukkan potensi kuat untuk pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) dengan peluang lebih dari 80 persen.
Baca juga: Apa Itu Krisis Iklim, Penyebab Banjir di Indonesia sampai Kebakaran di Australia?
4. Citra radar
Berdasarkan citra radar BMKG Juanda di lokasi kejadian antara pukul 16.30 hingga17.30 WIB sudah terlihat cakupan awan Cb di Surabaya dan sekitarnya.
Hal ini terpantau dari beberapa citra radar BMKG yaitu sebagai berikut.