Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Ular Jelaskan Tarian Ular Kobra di Film-film India

Kompas.com - 18/12/2019, 13:38 WIB
Amalia Zhahrina,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Salah satu adegan yang identik dengan film-film India, di samping menari-nari di kebun, adalah tarian ular kobra mengikuti musik seruling pawang. Tarian ini diebut juga dengan snake charming.

Namun, benarkah ular kobra tersebut sedang menari mengikuti iringan musik?

Peneliti reptil dan amfibi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, membantahnya.

Dia mengungkapkan bahwa ular tidak memiliki bagian telinga di kepalanya sehinga tidak memiliki kemampuan untuk mendengar musik dan menari seperti di tarian ular.

Apa yang Anda lihat adalah perilaku defensif ular kobra yang dimanfaatkan oleh pawang agar tampak seakan-akan sedang menari. 

Perilaku defensif ular kobra merupakan cara yang digunakan kobra tersebut untuk melindungi diri dari serangan dan gangguan di sekitarnya.

Baca juga: 5 Fakta Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Pemicu hingga Mitos Garam

Jika ular kobra marah, perilaku defensif yang dilakukan adalah dengan mengembangkan tudung, menaikkan kepala, dan menyemburkan bisa.

Ular kobra juga merupakan hewan yang sensitif terhadap gerakan sehingga ketika seruling digerakkan di depannya, ular kobra akan merasa terganggu dan mengikuti arah seruling.

“Ketika pawang meniup serulingnya, gerakannya (ular kobra) mengikuti gerakan serulingnya. Mereka sebenarnya merasa terganggu, tidak senang. Hal itu yang dipelajari oleh manusia untuk dijadikan eksploitasi” ujar Amir saat diwawancara via telepon (18/12/2019).

Amir lantas menjelaskan bahwa ular kobra tidak memiliki bisa secara terus menerus. Setelah bisa habis, kelenjar butuh waktu satu minggu untuk memproduksi bisa kembali dan disimpan dalam sebuah kantong di tubuhnya.

Periode satu minggu untuk memproduksi bisa inilah yang dimanfaatkan para pawang untuk menggelar tarian ular kobra agar tidak membahayakan.

Baca juga: Ular Kobra Muncul di Pemukiman Saat Musim Hujan, Ahli LIPI Jelaskan

Selain itu, para pawang mungkin akan mengkikir atau mencabut taring ular kobra dan mengolesinya dengan lem. Sebab, gigi taring dianggap berbahaya karena dapat mengantarkan bisa ke dalam tubuh orang yang digigit ular.

Amir pun menegaskan bahwa eksploitasi ular tidak diperbolehkan karena dapat menganggu kenyamanannya bahkan membuatnya tersiksa.

“Walaupun itu (tarian ular) tradisi Asia dari puluhan tahun yang lalu, tetap tidak boleh,” kata Amir.

Terkait tidak adanya telinga pada ular, pakar LIPI ini menjelaskan bahwa sebagai gantinya, ular kobra memiliki indra penciuman yang disebut organ Jacobson. Fungsinya, untuk mendeteksi partikel debu, mendeteksi bau yang dikeluarkan individu dan mendeteksi feromon ular betina bagi ular jantan untuk bereproduksi.

Selain itu, ular kobra juga memiliki indra penglihatan, walaupun tidak seperti penglihatan manusia. Fungsinya adalah untuk melihat ukuran benda atau makhluk di depannya sehingga dapat menentukan apakah makhluk tersebut dapat dimakan atau tidak.

Baca juga: Demi Makan dan Pasangan, Ular Kobra Bisa Jadi Kanibal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau