KOMPAS.com - Sebuah video yang menampakkan seekor ikan dengan "wajah manusia" menjadi viral di internet setelah diunggah ke media sosial China, Weibo.
Video yang dilaporkan diambil di Kunming, China pada Selasa (5/11/2019) tersebut menampilkan seekor ikan Cyprinus carpio berwarna emas-hitam dengan pola di kepalanya yang menyerupai mata, hidung dan mulut manusia.
Pola tersebut sebetulnya tidak berbentuk persis seperti mata, hidung dan mulut manusia. Namun, otak kita tidak bisa berhenti melihatnya demikian karena sebuah perilaku alami manusia yang disebut antropomorfisme.
Dilansir dari PsychCentral, 15 Juni 2019; antropomorfisme berarti memberikan karakteristik manusia kepada hewan, benda atau bahkan fenomena alam.
Baca juga: Ikan Predator Paling Menyeramkan di AS Ternyata Berasal dari Indonesia
Sebuah penelaahan sistematik mengenai antropomorfisme menemukan bahwa kemampuan ini didukung oleh sekelompok mekanisme kognitif yang merupakan respons otomatis terhadap perilaku dan penampakan seperti manusia, misalnya memercayai bahwa kucing Anda mungkin sedang lapar jika duduk di depan kulkas.
Ada banyak teori yang berupaya untuk menjelaskan kenapa kita melakukan hal ini. Salah satunya adalah Theory of Mind.
Theory of Mind menjelaskan bahwa otak manusia selalu bekerja untuk mengerti maksud, pikiran dan perasaan orang lain. Pekerjaan ini dilakukan di bagian tertentu pada otak yang berisi neuron cermin atau neuron yang mencerminkan gerakan orang lain.
Beberapa penelitian neurosains menemukan bahwa bagian otak yang sama menjadi aktif ketika kita sedang melakukan antropomorfisme.
"Memprediksikan aksi hewan dan obyek tak bergerak menggunakan bagian otak yang sama dengan memprediksikan perilaku manusia lain," tulis para ahli dalam situs Emory Graduate Division of Biological and Biomedical Science.
Mereka melanjutkan, meskipun kita secara sadar membedakan manusia dan non-manusia, mekanisme yang sama dalam otak kita teraktifkan ketika kita mengamati perilaku keduanya.
Baca juga: Ikan Asin Juga Bisa Jadi Penyebab Kanker, Ini Penjelasan Ahli
Lantas, pertanyaannya adalah mengapa kita melakukan antropomorfisme.
Menurut laporan dalam Current Directions in Psychological Science oleh peneliti psikolog Adam Waytz dari Harvard University, dan Nicholas Epley dan John T. Cacioppo dari University of Chicago; antropomorfisme mungkin memiliki banyak implikasi penting.
Sebagai contoh, memikirkan sebuah entitas non-manusia dalam cara atau bentuk manusia membuat entitas tersebut menjadi lebih layak untuk dirawat dan diperhatikan dalam otak kita.
Para psikolog juga mencatat bahwa antropomorfisme lebih mudah dilakukan jika entitas tersebut memiliki banyak kemiripan dengan manusia, misalnya memiliki perilaku atau fitur-fitur fisik seperti manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.