KOMPAS.com - Data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI mengungkap, stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun.
Di Indonesia, berdasar data Riskesdas 2013, prevalensi stroke nasional 12,1 per mil.
Sedangkan pada Riskesdas 2018, prevalensi stroke 10,9 per mil, dengan kasus paling tinggi di Kalimantan Timur (14,7 per mil) dan terendah di Papua (4,1 per mil).
Dilansir Health Line, stroke terjadi ketika pembuluh darah di otah pecah atau tersumbat sehingga darah dan oksigen tidak bisa mencapai jaringan otak.
Baca juga: Hari Stroke Sedunia, Gejala Serangan pada Pria dan Wanita Bisa Berbeda
Rusaknya jaringan otak tersebut yang mengganggu sistem kerja tubuh. Misalnya, jadi sulit berbicara, lumpuh, satu bagian sisi tubuh mati rasa, dan lain sebagainya.
Stroke dibagi dalam tiga jenis stroke utama, yakni iskemik, transient ischemic attack (TIA), dan hemoragik. Kategori-kategori ini selanjutnya dipecah menjadi jenis stroke lainnya, termasuk:
Jenis stroke yang dimiliki mempengaruhi proses perawatan dan pemulihan Anda.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika arteri tersumbat sehingga tidak bisa memasok darah ke otak.
Penyumbatan ini disebabkan oleh pembekuan darah atau aliran darah yang sangat kurang. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh aterosklerosis, atau penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di dinding arteri.
Timbunan plak kolesterol di dinding arteri dapat menghalangi aliran darah. Jika pecah, gumpalan plak menyebabkan oklusi akut arteri.
Dua jenis stroke iskemik yang paling umum adalah trombotik dan emboli.
Stroke trombotik terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu arteri yang memasok darah ke otak.
Stroke emboli terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di bagian lain tubuh seperti jantung atau atrei di dada dan leher bagian atas, kemudian gumpalan itu bergerak melalui aliran darah dan pindah ke otak. Saat sudah sampai otak, aliran darah terhenti dan menyebabkan stroke.
Transient Ischemic Attack (TIA)