Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2019, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menyoal penyakit asma, Zaskia Adya Mecca sangat menyayangkan bahwa tidak semua pusat pelayanan kesehatan primer atau puskesmas memiliki nebulizer sebagai pertolongan pertama penderita asma.

Nebuliser atau nebulizer merupakan alat yang digunakan untuk memasukkan obat dalam bentuk uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. Nebulizer biasa digunakan untuk pengobatan fibrosis sistik, asma, PPOK dan penyakit pernapasan lainnya.

Keprihatinan Zaskia muncul setelah dia ikut program riset intervensi kesenjangan penyakit asma di sejumlah puskesmas Indonesia bersama HOPE Project Indonesia, Kementerian Kesehatan, UGM dan Heart Lung Indonesia.

"Aku agak sedih waktu diajak lihat puskesmas dan kaget ya, tahu kalau masih banyak puskesmas ngasih obat oral ke pasien asma, bukan nebulizer," kata Zaskia di Jakarta, Senin (14/10/2019).

Baca juga: Kisah Zaskia Adya Mecca Rawat Tiga Anak yang Memiliki Asma

Obat oral merupakan jenis obat yang dikonsumsi melalui obat, biasanya berupa pil atau tablet. Jenis obat inilah yang paling umum dikonsumsi pasien asma di Indonesia.

Perbedaan obat oral dan nebulizer

Menurut Zaskia yang memiliki pengalaman merawat tiga orang anak dengan riwayat asma, ada perbedaan obat oral dengan nebulizer.

"Anak-anak saya dikasih obat (oral), kalau (saat) dinebu (nebulizer) tidak work," imbuh dia.

Zaskia bercerita, ketika dirinya tidak tahu beda obat oral dan nebulizer, dia bertanya ke dokter asma yang merawat anak-anaknya, 'kenapa saat anak asma tidak diberi obat oral saja supaya lebih simpel dibanding harus pakai nebulizer'.

Saat itu dokternya menerangkan, bila obat dikonsumsi dalam waktu jangka panjang, lebih baik menggunakan dosis ringan seperti nebulizer.

"Makanya pakai nebulizer dulu, baru nanti diikuti obat oral yang diresepkan, biar tidak salah, karena penyakit asma ini penyakit yang serius loh, enggak sepele," tuturnya.

Baca juga: Asma, Penyakit Tidak Menular yang Paling Banyak Diidap Orang Indonesia

Karena itu, Zaskia berharap pemerintah juga dapat mendukung fasilitas nebulizer di seluruh pelayanan kesehatan, terutama puskesmas.

Ini karena puskesmas merupakan pusat layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau masyarakat dan biasanya jadi tempat yang pertama dikunjungi masyarakat sebelum dirujuk ke rumah sakit.

"Juga kalau untuk pribadi, beli nebulizer sendiri. Harganya engak mahal kok, ada yang Rp 300 ribu, paling mahal ada yang Rp 700 ribu dan itu lebih murah jika dibandingkan harus terus-menerus ke puskesmas atau rumah sakit," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com