KOMPAS.com - Dunia ilmiah sudah lama terkagum-kagum dengan ketangguhan tardigrade. Hewan mini ini diketahui mampu bertahan hidup meski telah mendapat radiasi, tekanan atau dingin ekstrem
Bahkan, sebuah penelitian pada tahun 2017 di jurnal Scientific Reports mengungkapkan bahwa hantaman asteroid, ledakan supernova hingga ledakan radiasi gamma antar bintang pun tak mampu membunuh seekor tardigrade.
Namun, bagaimana tardigrade bisa setangguh itu?
Sekelompok peneliti dair University of California (UC) San Diego mengungkap bahwa rahasianya ada pada cara kerja sebuah protein yang ditemukan pada makhluk ini.
Untuk diketahui, protein tersebut sudah ditemukan sebelum penelitian ini dirilis dan diketahui dapat melindungi tardigrade dari sinar X yang berbahaya. Namun, bagaimana protein ini bekerja dan melindungi masih menjadi teka-teki.
Baca juga: Inilah Tardigrade, Beruang Air yang Dibawa ke Bulan dan Selamat
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal eLife, para peneliti di UC San Diego menggunakan analisis biokimia dan mengungkapkan bahwa protein bernama Dsup (Damage suppression protein) ini terikat pada kromatin atau senyawa berisi DNA dan protein yang berada di dalam kromosom sel.
Ketika Dsup menempel pada kromatin, ia juga menciptakan sejenis awan pelindung yang melindungi sel dari efek molekul hydroxyl radicals. Molekul ini biasanya diproduksi akibat paparan sinar X.
James T Kadonaga, distinguished professor dan Amylin Endowed Chair di Lifesciences Education and Research, berkata bahwa para ahli kini telah mendapatkan penjelasan molekuler mengencai cara Dsup melindungi sel dari radiasi sinar X.
"Kami melihat bahwa ini ada dua bagian, sebagian mengikat pada kromatin dan sisanya menciptakan sejenis awan yang melindungi DNA dari hydroxyl radical," ujarnya.
Baca juga: 5 Hewan yang Akan Mewarisi Bumi setelah Manusia Tiada
Kadonaga pun menjelaskan bahwa dia menduga bahwa mekanisme ini sebetulnya bukan untuk melindungi tardigrade dari radiasi, melainkan untuk melawan hydroxyl radicals yang banyak terdapat di lingkungan berlumut tempat tinggal tardigrade.
Ketika lumutnya mengering, hewan mini ini berpindah ke kondisi dehidrasi atau anhdrobiosis, dan mengandalkan perlindungan Dsup untuk bertahan hidup.
Penelitian ini tidak hanya membuka pengetahuan baru mengenai tardigrada, tetapi juga kemungkinan untuk mengembangkan sel-sel hewan lain agar dapat bertahan hidup lebih lama dalam kondisi ekstrem.
Kadonaga mengatakan, secara teori, tampaknya memungkinan untuk merancang versi Dsup yang lebih baik untuk melindungi DNA di berbagai jenis sel.
"Dsup kemudian bisa digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti terapi dan alat diagnostik berbasis sel yang meningkatkan tingkat keselamatan sel," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.