Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genetika Ungkap Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Kota Berdarah Yaroslavl

Kompas.com - 06/09/2019, 10:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Analisis genetika mengungkapkan sepenggal kisah brutal yang terjadi pada abad ke-13 ketika sebuah kota di Rusia, Yaroslavl, diserbu oleh tentara Mongol yang dipimpin oleh cucu Genghis Khan, Batu Khan.

Ratusan orang dihabisi di kota tersebut dan Yaroslavl pun dikenal dalam legenda Rusia sebagai "kota yang tenggelam dalam darah".

Kini, kisah kelam tersebut menjadi semakin jelas setelah para peneliti menemukan bahwa di antara korban yang dikubur di liang-liang yang tersebar di Yaroslavl, ada tiga generasi dalam satu keluarga yang sama.

Ketiganya adalah seorang ibu, anak perempuan dan cucu laki-laki. Sang ibu berusia setidaknya 55 tahun, anak perempuannya berusia antara 30-40 tahun dan cucu laki-laki tersebut berusia belasan tahun ketika mereka dibunuh pada bulan Februari 1238.

Baca juga: Berkat Pemindaian, Ahli Temukan Gereja Kuno di Bawah Benteng Rusia

Setelah dibunuh, mereka tidak langsung dikuburkan. Hasil penelitian tentang belatung-belatung yang terawetkan dalam tubuh korban menunjukkan bahwa ketiganya bersama korban-korban lainnya dibiarkan terbengkalai di ruang terbuka selama berbulan-bulan.

Asya Engovatova, pemimpin penggalian di situs Yaroslavl dan wakil direktur Institusi Arkeologi di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, berkata bahwa mayat korban ditinggalkan di tengah salju pada bulan Februari. Lantas pada bulan April atau Mei ketika salju mencair dan cuaca menghangat, lalat mulai berkumpul di sekitar korban.

Akhirnya mereka pun dikuburkan secara buru-buru di sebuah liang bersama 12 orang lainnya di sebuah wisma yang tersembunyi di dalam benteng di pusat kota Yaroslavl pada bulan Mei atau awal Juni.

Meskipun sebagian besar dari benteng tersebut telah dibakar oleh pasukan Mongol, puing-puing menunjukkan bahwa wisma tersebut dulunya merupakan hunian yang mewah. Engovatova menduga bahwa wisma tersebut merupakan rumah bagi ketiganya.

Gigi ketiga anggota keluarga yang rusak parah akibat konsumsi gula dan madu secara terus menerus juga menjadi bukti kekayaan mereka di masa lampau. Sebab, pada masa tersebut, gula dan madu adalah barang mewah yang tidak bisa diakses oleh kebanyakan orang.

Baca juga: Kapal Perang Terbesar Nazi Masih Tinggalkan Luka di Alam Norwegia

Selain gigi, ketiga anggota keluarga juga menunjukkan fitur tengkorak serupa dan tanda-tanda kelainan bawaan pada tabung saraf yang disebut spina bifida. Kemiripan-kemiripan inilah yang membuat para ahli mencurigai bahwa ketiganya keluarga dan akhirnya melakukan analisis genetik.

Hasil analisis juga mengungkapkan kemungkinan adanya anggota keluarga keempat yang dikubur tidak jauh dari ketiganya.

Di samping mengungkap akhir tragis satu keluarga tersebut, Engovatova berkata bahwa hasil analisis ini juga membenarkan legenda kota berdarah Yaroslavl dan mematahkan anggapan bahwa kota tersebut ditaklukkan secara damai oleh tentara Mongol.

Tulang belulang ratusan korban yang diggali di Yaroslavl antara 2005-2006 menunjukkan tanda-tanda telah ditusuk, dipatahkan dan dibakar.

Engovatova mengatakan, penaklukan oleh Batu Khan adalah tragedi nasional Rusia terbesar, bahkan mengalahkan peristiwa-peristiwa lainnya untuk soal kekejian dan kehancuran.

"Bukan sebuah kebetulan bila kejadian ini menjadi salah satu peristiwa yang dituturkan dalam cerita rakyat Rusia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau