Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Gundala, dalam Situasi Terancam Kita Bisa Punya Kekuatan Super

Kompas.com - 03/09/2019, 12:24 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Film Gundala yang sedang tayang di bioskop masih hangat dibicarakan jagat maya. Film yang diadaptasi dari komik lawas berjudul Gundala Putra Petir itu, menceritakan perjalanan Sancaka.

Diceritakan, Sancaka mampu bertarung melawan musuh ketika dalam kondisi terjepit dan terancam musuh.

Sebenarnya tak hanya Gundala, kita pun bisa lebih berani dan memiliki kekuatan yang bahkan tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam situasi terancam.

Dilansir Scientific American, (28/12/2009), keberanian dan kekuatan muncul sebagai respons tubuh menghadapi situasi mendesak atau merasa takut.

Baca juga: Ketakutan Cuma Produk Otak, Kita Bisa Menghapusnya jika Mau

Sebuah riset mengungkap, ketika manusia merasa takut, cemas, atau di bawah tekanan, tubuh akan melepaskan suatu energi yang tak pernah disadari dan membuat kita menjadi "manusia super".

Manusia super dalam artian, kita menjadi jauh lebih berani, lebih kuat, atau bisa bertindak di luar kebiasaan.

Ketika berada di situasi terancam, bagian otak akan menyalakan alarm tubuh. Hal ini kemudian memicu kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal mengeluarkan hormon adrenalin sekaligus hormon kortisol.

Hormon adrenalin akan meningkatkan detak jantung, sementara hormon kortisol yang dikenal sebagai hormon stres akan meningkatkan gula dalam aliran darah, sehingga otak dapat bekerja lebih efektif.

Vladimir Zatsiorsky, seorang profesor kinesiologi di Penn State yang mempelajari biomekanik dari angkat besi, memiliki teori menarik tentang kekuatan otot.

Zatsiorsky menamai dua jenis kekuatan yang dihasilkan otot, yakni kekuatan absolut dan maksimal.

Kekuatan absolut adalah kekuatan yang secara teori bisa dikeluarkan oleh otot. Sementara kekuatan maksimum adalah kekuatan yang secara sadar dikeluarkan otot kita.

Zatsiorsky menemukan, orang normal mampu mengeluarkan 65 persen dari kekuatan absolut selama masa pelatihan angkat besi.

Lifter Iran Sohrab Moradi melakukan angkatan snatch pada nomor angkat besi putra 94 kg Group A yang memecahkan rekor dunia pada Asian Games ke-18 2018 di JiExpo, Jakarta, Sabtu (25/8/2018). Sohrab berhasil mengangkat 189 kg pada angkatan snatch dan memecahkan rekor dunia yang dipegang lifter Yunani Kaskiasvilis (188 kg /snatch).  ANTARA FOTO/INASGOC/Fanny OctavianusINASGOC Lifter Iran Sohrab Moradi melakukan angkatan snatch pada nomor angkat besi putra 94 kg Group A yang memecahkan rekor dunia pada Asian Games ke-18 2018 di JiExpo, Jakarta, Sabtu (25/8/2018). Sohrab berhasil mengangkat 189 kg pada angkatan snatch dan memecahkan rekor dunia yang dipegang lifter Yunani Kaskiasvilis (188 kg /snatch).
Sementara atlet angkat besi atau yang sudah terbiasa berlatih, mampu mengeluarkan energi otot lebih dari 80 persen. Ketika lomba, atlet angkat besi yang terlatih sanggup meningkatkan kemampuan sebanyak 12 persen di atas angka itu.

Zatsiorsky menyatakan tingkat kinerja yang lebih tinggi ini merupakan kekuatan maksimum kompetitif.

Parameter ini bukan angka yang pasti, maksudnya semakin ketat kompetisi maka semakin tinggi kemungkinan persentasi kekuatan tersebut bisa terjadi, karena pusat-pusat ketakutan otak secara progresif menghilangkan segala pengekangan terhadap kinerja.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau