Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Baca KKN di Desa Penari Bermanfaat untuk Anda, Menurut Sains

Kompas.com - 31/08/2019, 11:20 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah kisah horor berjudul KKN di Desa Penari yang dituturkan oleh akun @SimpleMan sedang menghipnotis jagat maya Indonesia.

Meski bikin mendiring, kisah tersebut jelas disukai oleh para netizen hingga dibagikan berulang-ulang, dan membuat mesin pencari Google dibanjiri oleh pertanyaan-pertanyaan, seperti "di mana desa penari".

Menurut para pakar, tidak ada salahnya Anda suka membaca KKN di Desa Penari dan cerita-cerita horor lainnya. Malah, kebiasaan ini sangat wajar dan bisa bermanfaat bagi Anda.

Mathias Clasen dari School of Communication and Culture, Aarhus University, Denmark yang juga penulis buku Why Horror Seduces dalam artikel ScienceNordic, 7 Januari 2018, menulis bahwa kesukaan kita terhadap cerita horor berasal dari sifat alamiah manusia.

"Hasil penelitianku menunjukkan bahwa manusia telah berevolusi untuk menemukan kesenangan dalam situasi yang memperbolehkan kita untuk mengalami emosi negatif dalam konteks yang aman," ujarnya.

Baca juga: Wewe Gombel dan Hantu-hantu Tak Terkenal dari Jagat Lelembut Indonesia

Dia pun memberi contoh permainan petak umpet. Menurut Clasen, petak umpet sebenarnya adalah simulasi interaksi predator dan mangsa yang mengajari anak-anak cara agar tidak menjadi mangsa dalam situasi yang sebetulnya aman.

"Mereka (anak-anak) menganggapnya (petak umpet) menyenangkan, dan rasa senang adalah cara evolusi untuk memotivasi kita terhadap perilaku adaptif," ujarnya.

Cerita horor pun demikian. Dengan membaca cerita horor, seperti KKN di Desa Penari, kita belajar untuk bermain dengan emosi negatif yang timbul dari mekanisme perlindungan diri terhadap rasa takut, dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.

"Sistem tersebut muncul dari evolusi untuk melindungi kita dari bahaya," ujarnya.

Senada dengan Clasen, Dr. Margee Kerr yang merupakan seorang staf sosiologis di rumah hantu ScareHouse dan pengajar di Robert Morris University dan Chatham University, berkata bahwa untuk benar-benar menikmati situasi yang menakutkan, kita harus benar-benar tahu bahwa mereka berada dalam lingkungan yang aman.

Baca juga: Menalar Hantu, Mungkinkah Mereka Dibuktikan secara Ilmiah?

Dengan demikian, kita punya waktu untuk memproses bahwa apa yang mereka alami bukan ancaman ÿang "sesungguhnya".

"Intinya adalah untuk memicu respons lari-atau-berperang yang luar biasa untuk mengalami banjir (hormon) adrenalin, endorfin dan dopamin, tetapi dalam ruang yang benar-benar aman," ujarnya, seperti dilansir dari The Atlantic, 31 Oktober 2013.

Untuk diketahui, hormon adrenalin mempertajam fokus mental kita agar dapat berpikir lebih cepat, mengurangi kemampuan tubuh untuk merasakan rasa sakit dan meningkatkan kekuatan untuk sementara waktu.

Sementara itu, endorfin dapat mengurangi rasa stres dan sakit, dan dopamin yang dikenal sebagai ""hormon bahagia" terlibat dalam sistem penghargaan, motivasi, memori dan atensi.

Dr Kerr juga berkata bahwa banyak orang suka situasi menakutkan karena ketika berakhir, itu membuat mereka merasa lebih percaya diri telah berhasil menyelesaikannya.

Baca juga: Melihat Hantu? Mungkin Anda Harus Periksa Mata

Hal-hal inilah yang membuat para pakar merekomendasikan membaca cerita horor, menonton film horor atau masuk ke rumah hantu; meskipun Anda bukan penggemar berat genre horor. Meski demikian, mereka juga menyarankan untuk memulainya dari yang tidak terlalu menakutkan dulu.

Clasen menyebutnya sebagai latihan untuk mekanisme perlindungan diri terhadap rasa takut.

Dr Kerr pun mengatakan, aku pernah berbicara dengan begitu banyak orang yang tidak akan pernah masuk ke rumah hantu karena mereka pernah mengalaminya saat masih kecil dan malah trauma.

"(Ini karena) zat-zat kimia yang dilepaskan selama perang-atau-lari bisa bekerja seperti lem yang membangun memori kuat mengenai pengalaman menakutkan. Jika Anda terlalu muda untuk tahu bahwa monster-monster itu bohongan, pengalaman masuk rumah hantu bisa jadi trauma yang tidak bisa dilupakan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau