Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gloria Setyvani Putri
Assistant Editor

Assistant Editor Regional

Bule Basuh Pantat Pakai Air Suci Bali, Psikolog Nilai Tak Masalah Mereka Dipulangkan

Kompas.com - 13/08/2019, 13:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Beberapa hari belakangan beredar video tak senonoh dari sepasang bule di Bali.

Pasangan bule yang belakangan berasal dari Republik Ceko itu tampak akan merekam video di depan Pelinggih (tempat pemujaan dan ritual) yang ada di kawasan Monkey Forest, Ubud, Bali.

Sembari tertawa, pria dalam video mengambil air dari pancurang Pelinggih kemudian digunakan untuk membasuh pantat rekannya.

Video ini terang saja dikecam oleh masyarakat setempat dan sudah dikenakan sanksi adat.

Baca juga: Viral WNA Cuci Alat Vital Pakai Air Suci Bali, Bagaimana Agar Tak Terulang?

Menurut Arya Wedakarna, Senatar DPD RI Utusan Provinsi Bali kepada Kompas.com, saksi adat yang diberikan berupa kewajiban terlibat dalam upacara pura dan pembersihan pura, serta meminta maaf secara adat.

Nantinya mereka harus hadir pada 15 Agustus 2019 tepat hari purnama di upacara yang diadakan desa.

Mereka harus berpartisipasi dan membantu sebagian biaya upacara yang diadakan di Pura Beji Kawasan Monkey Forest Ubud.

"Mereka harus ikut tata cara, karena mereka yang harus meminta maaf kepada para dewa. Jadi 3 orang, 2 wisatawan dan 1 perekam harus hadir ikut kebudayaan. Cara-cara sesuai tradisi," ujarnya.

Selain itu, Arya mengatakan kedua bule dan perekam video juga akan diancam UU ITE.

"Ancaman secara hukum, yang merekam tentunya kena Undang-Undang ITE.
Yang berbuat juga. Tapi kita cari solusi, karna hubungan kita harus kita jaga. Jangan hanya karena 2 turis hubungan bilateral antar bangsa jadi terganggu," ujar Arya.

Meski sanksi adat sudah diputuskan dan akan diancam secara hukum dengan UU ITE, banyak warganet yang meminta agar kedua bule tersebut dipulangkan ke negara asalnya.

Berkaitan dengan permintaan warganet ini, psikolog sosial dari Solo Hening Widyastuti mengatakan, sebaiknya memang perlu ada tindakan tegas untuk shock therapy, agar para wisatawan sadar tidak bisa main-main dan suatu saat nanti tidak lagi ada kejadian serupa.

Perlu diingat, perilaku tidak menghargai budaya dan adat istiadat suatu daerah, tidak hanya dilakukan bule kali ini saja.

"Kalau hukum adat kembali ke kebijaksaan masyarakat setempat. Kalau saya pribadi, kasusnya personal, jadi menurut saya enggak masalah (bule dipulangkan dan dihukum adat), karena memang posisinya mereka salah dan orang lain pun tahu itu salah. Dengan catatan, Indonesia enggak takut," ujar Hening kepada Kompas.com, Senin (12/8/2019).

Menurut Hening, perilaku seperti ini sudah sangat kurang ajar. Dan budaya maupun adat istiadat manapun di ujung dunia, pasti tidak akan terima jika ada orang yang berperilaku tidak sopan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau