Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bule Basuh Pantat Pakai Air Suci Bali, Psikolog Nilai Tak Masalah Mereka Dipulangkan

Pasangan bule yang belakangan berasal dari Republik Ceko itu tampak akan merekam video di depan Pelinggih (tempat pemujaan dan ritual) yang ada di kawasan Monkey Forest, Ubud, Bali.

Sembari tertawa, pria dalam video mengambil air dari pancurang Pelinggih kemudian digunakan untuk membasuh pantat rekannya.

Video ini terang saja dikecam oleh masyarakat setempat dan sudah dikenakan sanksi adat.

Menurut Arya Wedakarna, Senatar DPD RI Utusan Provinsi Bali kepada Kompas.com, saksi adat yang diberikan berupa kewajiban terlibat dalam upacara pura dan pembersihan pura, serta meminta maaf secara adat.

Nantinya mereka harus hadir pada 15 Agustus 2019 tepat hari purnama di upacara yang diadakan desa.

Mereka harus berpartisipasi dan membantu sebagian biaya upacara yang diadakan di Pura Beji Kawasan Monkey Forest Ubud.

"Mereka harus ikut tata cara, karena mereka yang harus meminta maaf kepada para dewa. Jadi 3 orang, 2 wisatawan dan 1 perekam harus hadir ikut kebudayaan. Cara-cara sesuai tradisi," ujarnya.

Selain itu, Arya mengatakan kedua bule dan perekam video juga akan diancam UU ITE.

"Ancaman secara hukum, yang merekam tentunya kena Undang-Undang ITE.
Yang berbuat juga. Tapi kita cari solusi, karna hubungan kita harus kita jaga. Jangan hanya karena 2 turis hubungan bilateral antar bangsa jadi terganggu," ujar Arya.

Meski sanksi adat sudah diputuskan dan akan diancam secara hukum dengan UU ITE, banyak warganet yang meminta agar kedua bule tersebut dipulangkan ke negara asalnya.

Berkaitan dengan permintaan warganet ini, psikolog sosial dari Solo Hening Widyastuti mengatakan, sebaiknya memang perlu ada tindakan tegas untuk shock therapy, agar para wisatawan sadar tidak bisa main-main dan suatu saat nanti tidak lagi ada kejadian serupa.

Perlu diingat, perilaku tidak menghargai budaya dan adat istiadat suatu daerah, tidak hanya dilakukan bule kali ini saja.

"Kalau hukum adat kembali ke kebijaksaan masyarakat setempat. Kalau saya pribadi, kasusnya personal, jadi menurut saya enggak masalah (bule dipulangkan dan dihukum adat), karena memang posisinya mereka salah dan orang lain pun tahu itu salah. Dengan catatan, Indonesia enggak takut," ujar Hening kepada Kompas.com, Senin (12/8/2019).

Menurut Hening, perilaku seperti ini sudah sangat kurang ajar. Dan budaya maupun adat istiadat manapun di ujung dunia, pasti tidak akan terima jika ada orang yang berperilaku tidak sopan.

Dari sisi perilaku, hal ini salah dan tidak bisa ditoleransi lagi.

"Untuk itu bagi masyarakat asli, nilai-nilai kesakralan perlu dihidupkan kembali dengan konsekuensi yang lugas dan harus diterapkan bagi mereka (bule dan perekam)," ujar Hening.

Selain itu, pemerintahan pariwisata Bali juga harus berani memulangkan wisatawan yang tidak bisa menjaga sopan santun. Hening mengulangi, hal ini untuk shock therapy agar calon-calon wisatawan asing yang memiliki niat iseng paham bahwa niatan itu salah.

"Satu sisi kita lunak, tapi dalam hal-hal yang memang harus dihargai, (harus tunjukkan) bule tidak bisa main-main dengan Bali dan Indonesia," tegas Hening.

Berkaitan dengan air suci yang digunakan wisatawan untuk tindakan kurang senonoh tersebut, Arya menjelaskan air tersebut merupakan air yang disucikan oleh masyarakat Hindu.

Air suci berfungsi untuk media yang digunakan saat upacara. Selain itu, umat juga diperbolehkan mengambil termasuk untuk tujuan kesehatan.

https://sains.kompas.com/read/2019/08/13/133039823/bule-basuh-pantat-pakai-air-suci-bali-psikolog-nilai-tak-masalah-mereka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke