Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Penjelasan Ilmiah Mengapa Kita Sering "Ngidam" Saat PMS

Kompas.com - 12/07/2019, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Sara Twogood


NGIDAM makanan menjelang menstruasi sering menjadi bahan lelucon. Namun, guyonan tersebut memiliki kebenaran ilmiahnya sendiri.

Sebagai seorang dokter obstetri dan ginekologi (obgyn), saya sering mendengar cerita pasien yang ngidam makanan, seperti kentang goreng dan es krim, saat memasuki masa menstruasi.

Para ilmuwan pun sudah lama mempelajari tentang gejala ini, – mulai dari siapa, mengapa, apa yang diidamkan, sejak kapan mengidam, hingga cara mengurangi rasa mengidam –, sejak tahun 1953.

Berikut beberapa hasil penelitian mereka :

Pola makan selama siklus menstruasi

Ngidam hanyalah salah satu dari banyak gejala sindrom pramenstruasi, atau PMS (Pre-Menstrual Syndrome). Sindrom pramenstruasi kemungkinan disebabkan oleh naik turunnya hormon yang berdampak kepada kinerja pengangkut zat kimia di otak, yang lebih dikenal sebagai neurotransmitter.

Gejala PMS hanya muncul pada paruh kedua dari siklus menstruasi yang disebut sebagai fase luteal, mulai dari ovulasi atau pelepasan sel telur hingga hari pertama haid. Gejala PMS biasanya akan selesai pada hari ketiga atau keempat haid.

 

Gejala PMS muncul pada paruh kedua siklus menstruasi, saat mulai ovulasi hingga hari pertama haid.Designua/Shutterstock.com

Para peneliti telah mendokumentasikan lebih dari 150 gejala PMS yang berbeda dalam berbagai penelitian, mulai dari gejala fisik, emosional, hingga perilaku dan kognitif.

Ngidam termasuk salah satu dari gejala perilaku yang paling umum dilaporkan, bersamaan dengan perubahan suasana hati, menjadi lekas marah, perasaan cemas dan tegang, serta suasana hati yang sedih atau depresif.

Meski demikian, perempuan biasanya tidak menggolongkan ngidam permen dan cokelat sebagai diagnosis resmi untuk gejala PMS. Hanya 20% hingga 40% perempuan yang memiliki gejala sesuai dengan kriteria sindrom pramenstruasi, sementara 85% memperlihatkan gejala terlihat seperti PMS.

Lebih lanjut, para peneliti pun menemukan bahwa ngidam dapat terjadi selama pramenstruasi pada individu yang normal dan sehat tanpa diagnosis PMS atau gangguan lainnya. Bahkan, salah satu penelitian menunjukkan bahwa 97% perempuan sebelumnya pernah merasakan ngidam makanan – terlepas dari siklus menstruasi mereka.

Perempuan cenderung makan lebih banyak selama fase luteal (mulainya masa ovulasi hingga haid hari pertama) ketimbang fase folikuluer (mulai haid hari pertama hingga hari ke-13). Baik yang merasa mengalami ataupun yang memang diagnosis gejala PMS, konsumsi makanan dapat meningkat hingga 500 kalori per hari.

Makanan yang dicari biasanya yang mengandung karbohidrat, lemakdan gula, sehingga tidak mengherankan apabila cokelat paling diidamkan karena mengandung ketiganya.

Meski demikian, perilaku ngidam biasanya berbeda pada setiap perempuan. Dalam satu studi, perempuan yang tidak memiliki gejala PMS bisa saja meningkatkan konsumsi energi dan lemak mereka, sementara perempuan dengan diagnosis PMS memperlihatkan adanya peningkatan energi dan makronutrien.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau